Teheran, Purna Warta – Abbas Araqchi, yang diusulkan oleh presiden Iran untuk jabatan menteri luar negeri, telah menyatakan komitmennya terhadap tujuan yang dikejarnya saat bertugas di Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) beberapa tahun lalu, kata seorang anggota parlemen.
Baca juga: Presiden Iran: Jika Semua Pihak Peduli, Kebangkitan JCPOA Dapat Dicapai
Berbicara kepada Tasnim, juru bicara komisi Keamanan Nasional dan Kebijakan Luar Negeri Parlemen Iran memberikan rincian pertemuan yang diadakan komisi tersebut dengan Araqchi pada Senin pagi.
Araqchi akan mengambil alih pimpinan Kementerian Luar Negeri setelah memenangkan mosi tidak percaya dari Parlemen dalam beberapa hari mendatang.
Ebrahim Rezaee mengatakan kepada Tasnim bahwa Araqchi telah menjelaskan dalam sesi hari ini bahwa pandangan dunianya saat ini mencerminkan pendapat yang dipegangnya saat bertugas di IRGC beberapa tahun lalu.
Calon menteri luar negeri itu juga telah menjauhkan diri dari “kelompok warga New York”, kata anggota parlemen tersebut.
Rezaee menambahkan bahwa Araqchi juga telah menekankan perlunya menjalankan undang-undang parlemen tentang “tindakan strategis” untuk mencabut sanksi dan menjaga kepentingan nasional serta mematuhinya ketika berunding dengan pihak asing.
Araqchi telah menetapkan tiga misi utama di sektor kebijakan luar negeri, mendesak upaya untuk memenuhi kepentingan nasional, memperkuat keamanan dan kekuatan nasional, serta mempertahankan dan mempromosikan martabat dan posisi negara, tambah anggota parlemen tersebut.
Baca juga: Ayatullah Khamenei Apresiasi Pencapaian Atlet Olimpiade Iran
Araqchi, 61 tahun, adalah wakil menteri luar negeri dalam pemerintahan mantan Presiden Hassan Rouhani.
Ia memainkan peran utama dalam negosiasi yang menghasilkan Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA) pada tahun 2015.
Araqchi adalah seorang prajurit IRGC selama perang yang dipaksakan Irak terhadap Iran pada tahun 1980-an sebelum bergabung dengan Kementerian Luar Negeri.