Teheran, Purna Warta – Dalam pidatonya baru-baru ini, Menteri Luar Negeri Iran, Seyed Abbas Araghchi, menekankan bahwa kekuatan wacana Republik Islam berasal dari prinsip-prinsip Revolusi Islam, yang menegaskan kemampuan Iran untuk menghasilkan dan bertindak berdasarkan wacana dalam keadaan apa pun.
Selama Konferensi Nasional Pejabat Politik dan Pemandu Angkatan Bersenjata ke-14, Araghchi menyoroti bahwa kemampuan untuk mengatakan “tidak” dan menentang penindasan serta ambisi hegemonik adalah wacana yang dihidupkan kembali dengan kemenangan Revolusi Islam. Ia menambahkan bahwa prinsip perlawanan terhadap ketidakadilan, pendudukan, dan campur tangan, sebagai sebuah doktrin, merupakan perwujudan kekuatan yang didasarkan pada hukum internasional dan merupakan masalah alami manusia dan etika.
Araghchi lebih lanjut mencatat bahwa tanpa kekuatan keras, diplomasi tidak memiliki efektivitas yang diperlukan untuk mencapai tujuannya. Berbagai bentuk kekuatan, termasuk kekuatan ekonomi, budaya, psikologis, dan lunak, selalu memainkan peran penting dalam melaksanakan kebijakan luar negeri, dengan kekuatan keras menjadi yang paling menonjol.
Ia menyimpulkan dengan menyatakan bahwa kekuatan wacana Republik Islam berasal dari prinsip-prinsip Revolusi Islam, dan Iran dapat menghasilkan wacana dan bertindak atasnya dalam situasi apa pun. Ia menekankan bahwa peran seorang diplomat adalah untuk sepenuhnya memahami dan secara efektif memanfaatkan elemen-elemen kekuatan negara untuk mengamankan kepentingan nasional dan melindungi keamanan nasional. Ia juga menekankan bahwa sumber utama semua elemen kekuatan adalah rakyat, dan oleh karena itu, upaya untuk memelihara dan memperkuat persatuan dan solidaritas nasional tidak boleh diabaikan.