Teheran, Purna Warta – Menteri Luar Negeri Iran, Seyed Abbas Araghchi, menyatakan bahwa komentar terbaru Presiden AS Donald Trump mengenai kesepakatan baru dengan Iran tidaklah cukup. Ia menekankan bahwa Iran perlu membangun kepercayaan yang lebih besar pada AS sebelum negosiasi dapat dimulai, dengan mengutip perlunya tindakan signifikan dari pihak AS untuk memulihkan kepercayaan.
Baca juga: Pasukan Israel Bentrok dengan Pejuang Palestina di Tepi Barat Saat Ketegangan Meningkat
Pernyataan tersebut muncul pada saat yang kritis dalam hubungan AS-Iran, khususnya setelah penarikan AS dari Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA) pada tahun 2018. Desakan Araghchi pada langkah-langkah membangun kepercayaan menyoroti tantangan yang akan datang untuk setiap potensi keterlibatan diplomatik.
Komentar Araghchi mencerminkan skeptisisme yang lebih luas di Iran mengenai niat AS, terutama mengingat pengalaman masa lalu dengan JCPOA. Lanskap geopolitik telah berubah sejak kesepakatan tersebut dicapai, dan posisi Iran menjadi lebih keras. Ketegangan regional yang sedang berlangsung dan melemahnya sekutu Iran semakin memperumit situasi.
Dalam wawancara pertamanya dengan Sky News sejak pelantikan Trump, Araghchi menggambarkan setiap serangan potensial AS atau Israel terhadap fasilitas nuklir Iran sebagai “gila,” memperingatkan bahwa tindakan tersebut akan menyebabkan “bencana yang sangat buruk” bagi kawasan tersebut. Dia menegaskan bahwa setiap serangan akan ditanggapi dengan respons yang cepat dan tegas, meskipun dia menyatakan keraguan bahwa tindakan “gila” tersebut akan terjadi.
Araghchi menekankan bahwa sekadar kata-kata dari Trump tidak cukup untuk memulai negosiasi untuk kesepakatan baru; tindakan substansial diperlukan untuk membangun kembali kepercayaan.
Baca juga: Jenderal IRGC: Kekeliruan Iran yang Melemah Dibantah
Dia mencatat bahwa situasi saat ini lebih menantang daripada selama negosiasi sebelumnya yang mengarah pada JCPOA.
Ia menegaskan kembali sikap Iran untuk menanggapi dengan rasa hormat alih-alih ancaman, tema yang konsisten dalam kebijakan luar negeri Republik Islam. Meneliti konteks historis JCPOA dan pelajaran yang dipetik dari keruntuhannya dapat memberikan wawasan berharga tentang lanskap diplomatik saat ini.