Teheran, Purna Warta – Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi menepis klaim Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bahwa Israel adalah “jangkar keamanan” di Asia Barat.
Dalam sebuah unggahan di akun X miliknya, Araghchi mengatakan pada hari Jumat, “Yang disebut ‘jangkar keamanan di Timur Tengah’ dicari karena genosida dan kejahatan perang, telah memberlakukan apartheid terhadap 7,5 juta warga Palestina, mengebom tujuh negara selama setahun terakhir, dan telah menduduki wilayah Palestina, Lebanon, dan Suriah.”
Ia menekankan bahwa “Israel adalah sumber ketidakstabilan di kawasan kami.”
Pernyataannya muncul ketika Israel sejauh ini telah menewaskan hampir 70.000 warga Palestina sejak melancarkan perang genosida di Gaza pada 7 Oktober 2023, sebelum kesepakatan gencatan senjata dicapai di Jalur Gaza bulan lalu.
Mahkamah Pidana Internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan dan mendakwa Netanyahu serta mantan menteri urusan militer Israel, Yoav Gallant, atas kejahatan perang di Gaza.
Setelah meletusnya perang genosida terhadap warga Palestina, Israel juga melancarkan serangan di Lebanon, Suriah, Tunisia, dan Yaman.
Israel juga melancarkan serangan udara terhadap markas Hamas di Qatar, dalam apa yang digambarkan sebagai “operasi pembunuhan” yang merenggut nyawa beberapa anggota gerakan tersebut serta seorang perwira keamanan Qatar.
Rezim tersebut juga melancarkan perang tanpa provokasi terhadap Iran pada 13 Juni, yang menewaskan banyak komandan militer berpangkat tinggi, ilmuwan nuklir, dan warga sipil biasa.
Lebih dari seminggu kemudian, Amerika Serikat juga memasuki perang dengan mengebom tiga lokasi nuklir Iran, sebuah pelanggaran berat terhadap Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa, hukum internasional, dan Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir (NPT).
Pada 24 Juni, Iran, melalui operasi balasannya yang sukses terhadap rezim Israel dan AS, berhasil menghentikan serangan ilegal tersebut.


