Riyadh, Purna Warta – Kementerian Luar Negeri Saudi malam ini (Rabu 14/4) bereaksi dalam sebuah pernyataannya atas keputusan Teheran untuk memulai pengayaan uranium 60%.
“Arab Saudi mengikuti perkembangan terkini dalam program nuklir Iran dengan rasa khawatir, Perkembangan terakhir adalah pengumuman peningkatan pengayaan uranium sebesar 60%; hal itu tidak bisa dianggap sebagai program untuk penggunaan nuklir secara damai,” kata Kementerian Luar Negeri Saudi dalam sebuah pernyataan, menurut kantor berita resmi Saudi (WAS).
Kementerian Luar Negeri Saudi kemudian mendesak Iran untuk menahan diri dari ketegangan yang ada dan tidak lebih jauh melakukan hal yang mengakibatkan terancamnya keamanan dan stabilitas regional serta bersiap untuk memasuki negosiasi serius.
Riyadh menyimpulkan dengan “pentingnya komunitas internasional mencapai kesepakatan yang lebih kuat dan jangka panjang untuk memantau tindakan Iran, serta untuk memastikan bahwa Iran tidak memperoleh senjata nuklir dan mengembangkan kemampuan yang diperlukan untuk melakukannya.” Dia menekankan bahwa perjanjian tersebut membahas keprihatinan mendalam dari negara-negara di kawasan tentang apa yang disebut sebagai langkah-langkah ketegangan Iran untuk mengguncang kawasan dan tidak amanannya.
Reaksi ini muncul setelah Sayyid Abbas Araghchi, deputi politik Kementerian Luar Negeri dan kepala negosiator nuklir negara Iran, yang berada di Wina ketika menghadiri pertemuan Komisi Gabungan dengan P5 + 1 di Wina, Selasa sore hari, mengatakan, “Iran hari ini telah mengumumkan dalam sebuah surat kepada Direktur Jenderal Badan Energi Atom Internasional bahwa pihaknya akan memulai pengayaan uranium 60%.”