Sana’a, Purna Warta – Dengan menjatuhkan sanksi baru dan mengintensifkan tekanan politik dan ekonomi di Damaskus, Amerika telah mengintensifkan perangnya melawan Suriah, yang menambah penderitaan rakyat Suriah dan menghambat pelaksanaan proyek rekonstruksi di negara ini.
Sanksi baru AS terhadap Suriah, dengan tujuan meningkatkan tekanan ekonomi terhadap Damaskus, akan menyebabkan peningkatan harga pangan, obat-obatan dan bahan bakar.
Ahmed Dawa, Asisten Menteri Penerangan Suriah, mengatakan dalam sebuah wawancara: “Dengan memberikan tekanan kepada rakyat Suriah, Amerika berusaha memaksa rezim Damaskus untuk menyerah pada kemauan politik Washington dan menerima kondisi politiknya di Suriah. Namun terlepas dari dampak serius sanksi-sanksi ini terhadap harga barang-barang pokok dan pangan, rakyat dan pemimpin Suriah tidak menyerah pada keinginan Amerika Serikat.”
Khaled Abboud, seorang anggota Parlemen Suriah, mengatakan: “Mereka memerlukan rencana stabilitas kawasan yang dipelopori Israel, yang di dalamnya tidak ada yang namanya perlawanan, tidak ada yang disebut hak-hak rakyat Arab Palestina, tidak ada yang disebut poros perlawanan yang menghadang ambisi Amerika di tingkat regional.”
Sebagai kelanjutan dari pendekatan permusuhannya terhadap Suriah, Dewan Perwakilan Rakyat AS menjatuhkan sanksi baru terhadap negara ini dengan dalih memerangi perdagangan pil psikotropika Captagon.
Keputusan Amerika ini merupakan kelanjutan dari rangkaian sanksi yang tiada habisnya terhadap negara ini dari dulu hingga sekarang.