Baghdad, Purna Warta – Baru-baru ini terjadi peristiwa di Irak yang menunjukkan adanya upaya kotor terbaru Amerika Serikat untuk mengacaukan program pengusiran tentara mereka dari Irak dengan menggunakan operasi penipuan oleh tentara bayaran mereka untuk mengubah arus yang menguntungkan mereka.
Tadi malam, beberapa rudal Katyusha menargetkan kedutaan AS di daerah al-Khadra Baghdad, diikuti dengan peluncuran sistem pertahanan rudal Siram, dan helikopter koalisi terbang di atas kedutaan AS.
Sementara itu, meskipun beberapa media Irak mengutip keterangan dari pejabat keamanan Irak yang mengatakan bahwa rudal telah berhasil dihalau, yang lain melaporkan bahwa setidaknya 11 roket telah menghantam kedutaan AS.
Menyusul serangan itu, Badan Intelijen Keamanan Irak mengatakan dalam sebuah pernyataan: Sebuah kelompok penegak hukum menembakkan beberapa roket ke Zona Hijau di Baghdad pada Minggu malam, yang ternyata ditembakkan dari daerah pangkalan Rashid dan menghantam kompleks perumahan.
Di samping itu; Kedutaan Besar AS di Irak menggambarkan tembakan roket itu sebagai pelanggaran hukum internasional dan meminta semua pemimpin politik dan pemerintah di Irak untuk mengambil langkah-langkah guna mencegah serangan semacam itu dan membawa para pelakunya ke pengadilan.
Tanggapan Amerika Serikat ditujukan untuk menghasut kelompok perlawanan dan untuk menuduh mereka telah melakukan serangan ini, sementara para pemimpin kelompok ini, seperti Hizbullah, Asaeb Ahl al-Haq, dan Nujaba, segera menanggapi dan mengumumkan serangan roket tersebut dan menentang tindakan semacam itu.
Pernyataan resmi dari poros perlawanan ini mengenai penolakan serangan roket tersebut, bersama dengan cara dan metode yang dilakukan AS dan media AS dalam mengeksploitasi peristiwa ini, jelas menunjukkan adanya upaya terbaru AS untuk mengacaukan rencana pemerintahan Irak untuk mengusir pasukan AS dengan menggunakan operasi penipuan oleh tentara bayaran mereka dan memperlihatkan bahwa mereka sebagai pihak yang tertindas.
Intinya adalah; Seperti yang telah berulang kali dikatakan oleh kelompok poros perlawanan, mereka tidak pernah menargetkan target diplomatik, dan di sisi lain, setiap kali mereka melakukan operasi terhadap agresor Amerika, mereka tidak ragu lagi untuk secara resmi mengakui dan menyatakan tanggung jawab.