Amerika Aktifkan ISIS Kembali

Amerika Aktifkan ISIS Kembali

Damaskus, Purna Warta Tahun ini, ISIS, organisasi teroris buatan Amerika Serikat, semakin mengintensifkan aktivitasnya di Suriah; Sehingga 116 warga sipil, pasukan tentara Suriah dan pasukan poros perlawanan menjadi martir! Namun, mereka bahkan belum menyerang posisi Amerika Serikat atau SDF (Pasukan Demokratik Suriah, sekutu AS)!

Selama 50 hari terakhir dan bersamaan dengan kejahatan rezim Zionis Israel di Jalur Gaza, ISIS semakin mengintensifkan aktivitasnya di Suriah.

Baca Juga : Yaman Serang Kapal Perang dan Kapal Tanker Amerika

Banyak pengamat percaya bahwa seiring dengan meningkatnya tekanan terhadap Amerika Serikat di Suriah dan Irak, Washington telah mempersiapkan landasan untuk mengintensifkan aktivitas ISIS.

Pada awal pekan ini, Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (Oposisi Suriah) mengumumkan dalam sebuah laporan bahwa sejak awal tahun ini, teroris ISIS telah membunuh lebih dari 100 tentara dan warga sipil dalam 50 operasi di Suriah.

Menurut laporan ini, semua operasi ini terjadi di wilayah Badia di Suriah; Yakni, di sebelah timur Suriah dan di gurun sebelah barat sungai Efrat! 116 orang menjadi martir dalam operasi-operasi terorisme ini.

Di antara mereka, 101 orang berasal dari pasukan tentara Suriah dan sekutunya, dan 13 di antaranya adalah pejuang perlawanan. Selain itu, 15 warga sipil menjadi korban, salah satunya adalah anak-anak.

Keakuratan geografi wilayah operasional ISIS menunjukkan bahwa Amerika Serikat mendukung operasi mereka!

Dari tahun 2019 hingga 2023, wilayah operasional ISIS di Suriah sebagian besar mencakup Badia Al-Sham (wilayah gurun di Suriah timur di sebelah barat Sungai Efrat), wilayah yang dikenal sebagai Al-Jazirah, dan wilayah timur laut Suriah, khususnya provinsi Hasakah.
Dilihat dari sebaran korban serangan, biasanya antara 30 hingga 40 persen korban adalah pasukan SDF.

Baca Juga : Stabilitas akan Terwujud dengan Diakhirinya Pendudukan Israel

Tentu saja, rasio ini berubah pada bulan-bulan terakhir tahun 2023 – bersamaan dengan invasi rezim Zionis Israel ke Gaza – dan ISIS mengurangi jumlah operasinya di wilayah SDF.

Untuk lebih jelasnya, perlu disebutkan bahwa operasi ISIS secara umum dilakukan di tiga wilayah.

Wilayah pertama adalah sebelah timur provinsi Homs dan Rif Damaskus serta sebelah barat provinsi Deir Ez-Zor.

Artinya, gurun besar di Suriah timur yang dikenal sebagai Badia Al-Sham, yang dimulai dari kota-kota seperti Tadmur dan Al-Sokhna kemudian berlanjut hingga tepi barat Sungai Efrat. Daerah-daerah ini berada di bawah kendali tentara Suriah, dan di beberapa bagiannya, para pejuang perlawanan mempunyai kehadiran yang kuat.

Daerah kedua di mana ISIS memulai operasinya adalah di sebelah timur provinsi Deir Ez-Zor, di selatan provinsi Raqqah, dan di selatan provinsi Hasakah, yang dikenal sebagai wilayah Al-Jazirah di wilayah geografis Suriah. Daerah ini berada di bawah kendali pasukan sekutu Amerika Serikat yang dikenal dengan nama SDF (Syrian Democrat Forces/Pasukan Demokratik Suriah).

Wilayah operasional ketiga ISIS adalah utara provinsi Hasakah dan timur provinsi Raqqah, yang berada di bawah kendali milisi Kurdi dan aliran utamanya adalah SDF. Amerika juga mempunyai pengaruh yang kuat di kawasan ini.

Namun sejak awal tahun 2024, ISIS menghentikan operasinya di wilayah yang dikuasai SDF dan hanya fokus di Badia Al-Sham.

Tujuan dari operasi ini adalah untuk menyerang posisi tentara Suriah dan posisi para pejuang perlawanan.

Baca Juga : Yaman: Perundingan dengan Arab Saudi Terus Berjalan

Kini timbul pertanyaan, hal istimewa apa yang membuat ISIS memperoleh kapasitas operasional ganda. Dan kedua, apakah dia fokus menyerang posisi perlawanan dan tentara Suriah, dan apakah dia sudah melupakan konflik dengan SDF?

Mengingat keberadaan tentara Amerika di kawasan Al-Tanf yang terletak di selatan Badia al-Sham, maka dapat diasumsikan bahwa logistik utama ISIS disediakan melalui pangkalan Amerika.

Dan hal ini adalah faktor utama yang mengubah persamaan dalam operasi ISIS.
Selain itu, kekuatan personel utama ISIS masih di kamp Al Hawl di sebelah timur provinsi Deir Ez-Zor, yang berada di bawah kendali SDF dan sekutu Amerika.

Dan ISIS harus mampu mengeluarkan sebagian teroris dari kamp Al-Hawl untuk meningkatkan kapasitas operasionalnya.

Dengan mempertimbangkan dua poin di atas, kita dapat memahami jawaban atas alasan perubahan gerakan ISIS (melupakan perang melawan SDF dan fokus pada tentara Suriah dan perlawanan) dan (peningkatan kapasitas operasional secara tiba-tiba).

Dalam situasi seperti ini, peringatan SDF mengenai peningkatan kapasitas operasional ISIS juga bermakna. Saymand Ali, juru bicara media SDF, mengumumkan bahwa pasukan operasional ISIS saat ini berjumlah lebih dari 10.000 orang!

Dia memperingatkan dunia bahwa ISIS masih memiliki kapasitas operasional yang signifikan untuk melakukan aksi teroris dan menyerukan peningkatan dukungan dan kehadiran Washington di Suriah. Pada saat yang sama, perkiraan lembaga Irak menunjukkan bahwa sekitar 4 ribu teroris ISIS juga hadir di Irak.

Baca Juga : Yaman Tidak Tinggalkan Palestina Disaat Negara-Negara Arab Jadi Penonton

Pada Agustus 2023, para ahli PBB memperkirakan jumlah pasukan ISIS di Irak dan Suriah antara 5.000 dan 7.000 orang.

Dan di sini kita harus bertanya bagaimana jumlah pasukan operasional ISIS bisa berlipat ganda dalam 6 bulan?

Jawaban paling mendasar dan sederhana yang bisa diberikan adalah bahwa ISIS telah menarik sebagian pasukannya dari kamp al-Hawl atau penjara SDF selama kesepakatan dengan SDF – yang tidak mungkin dilakukan tanpa izin Amerika.

Insiden yang juga terjadi pada tahun 2009 dan 2010, dan sejumlah besar pemimpin Negara Islam Irak, yang kemudian disebut ISIS, dibebaskan dari penjara oleh Amerika.

Hal penting yang perlu diperhatikan di sini adalah keberhasilan Irak mengendalikan monster ISIS.

Pada tahun 2019 hingga 2022, ISIS melakukan operasi terbanyak atau kedua terbanyak di Suriah dan Irak.

Namun pada tahun 2023, Irak berada di peringkat ketiga, dan kini volume aktivitas ISIS di Suriah meningkat berkali-kali lipat;

Namun di Irak, aparat keamanan berhasil meredam jumlah operasi ISIS.
Hampir setiap minggu media Irak memuat berita tentang identifikasi dan penemuan tim operasional atau sejumlah teroris ISIS.

Baca Juga : Pasukan Alami PTSD, Israel Buka Pusat Kesehatan Mental Baru

Keberhasilan Irak dalam membendung monster ISIS menunjukkan bahwa negara Irak tidak membutuhkan kehadiran koalisi Amerika dan militer Amerika untuk memerangi terorisme.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *