Baghdad, Purna Warta – Hadi al-Amiri, kepala Aliansi Fatah di parlemen Irak, mengatakan pembicaraan yang akan datang antara Baghdad dan Washington harus mengarah pada isu penarikan pasukan asing secara total dari Irak.
Mengomentari putaran ketiga dari apa yang disebut dialog strategis yang dijadwalkan pada hari Rabu, Amiri berkata, “Kami berharap bahwa tim perunding Irak yang berani dan bersemangat akan mencapai kedaulatan nasional penuh dan mengakhiri kehadiran pasukan asing, dengan menetapkan jadwal yang jelas dengan interval pendek untuk penarikan pasukan tempur dan pemulihan kendali aparat keamanan atas pangkalan udara Irak di Ain al-Asad dan al-Harir serta wilayah udara Irak.”
“Kami akan mengikuti dengan cermat hasil dari putaran pembicaraan ini,” kata Amiri dalam pernyataan yang disiarkan oleh jaringan TV al-Sumaria.
Akhir pekan lalu, sebuah kelompok anti-teror Irak menekankan bahwa perlawanan bersenjata dan operasi melawan pasukan pendudukan Amerika akan terus berlanjut sampai seluruh pasukan mereka sepenuhnya keluar dari Irak.
Meski demikian, ‘dialog strategis’ itu tidak disambut baik oleh beberapa kelompok perlawanan di Irak.
Jaafar al-Husseini, juru bicara Brigade Hizbullah, salah satu kelompok itu, mengatakan pada hari Rabu, “Itu tidak ada nilainya karena rakyat Irak telah memutuskan bahwa mereka ingin diakhirinya pendudukan Amerika.”
Dia mengatakan kelompok perlawanan tidak akan berhenti menekan Amerika Serikat untuk keluar.
Pembicaraan dimulai pada Juni 2020 di bawah pemerintahan mantan Presiden AS Donald Trump.
Pada 5 Januari tahun itu, anggota parlemen Irak menyetujui RUU yang mengharuskan pemerintah Baghdad untuk mengakhiri kehadiran semua pasukan militer asing di negara itu.
Langkah parlemen tersebut dipicu oleh pembunuhan komandan anti-teror Iran Letnan Jenderal Qassem Soleimani dan rekan paritnya di Irak Abu Mahdi al-Muhandis, wakil kepala Unit Mobilisasi Populer, dalam serangan pesawat tak berawak Amerika Serikat atas perintah Donald Trump.
Diperkirakan saat ini ada 2.500 tentara AS yang dikerahkan di Irak.
Baca juga: Melegitimasi Militer AS di Irak; Tujuan Washington Dalam Dialog AS-Irak