Damaskus, Purna Warta – Abu Muhammad Al-Julani, dalam pernyataan terbarunya, mengklaim bahwa semua kelompok bersenjata di Suriah akan dibubarkan dan para anggotanya akan bergabung dengan Kementerian Pertahanan negara tersebut.
Baca juga: Pengakuan CNN atas Skandal Berita di Penjara Saidnaya
Abu Muhammad Al-Julani yang memiliki nama asli Ahmad Al-Shar’a, pemimpin Hay’at Tahrir Al-Sham yang menguasai Damaskus sekitar 10 hari setelah jatuhnya pemerintahan Suriah, dalam pidato barunya mengenai situasi Suriah dan rencananya untuk negara tersebut, mengklaim bahwa semua kelompok bersenjata akan dibubarkan, dan pasukan mereka akan dipersiapkan untuk bergabung dengan Kementerian Pertahanan serta tunduk pada hukum.
Al-Julani, dalam pertemuannya dengan komunitas minoritas Druze, menyatakan bahwa Suriah harus tetap bersatu dan komunitas Druze adalah bagian dari Suriah.
Dia menambahkan bahwa situasi negara sangat melelahkan dan penuh tekanan, serta tingkat kehancuran sangat besar, sehingga kita membutuhkan upaya semua rakyat Suriah, baik di dalam maupun di luar negeri.
Al-Julani kemudian menekankan bahwa kita harus memiliki pola pikir sebagai pemerintahan, bukan sebagai oposisi.
Baca juga: Israel: Drone Yaman Serang Israel
Pemimpin Hay’at Tahrir Al-Sham yang sejak dimulainya agresi brutal dan belum pernah terjadi sebelumnya oleh rezim Zionis Israel terhadap Suriah selama sekitar 10 hari terakhir, dan penghancuran sebagian besar kekuatan militer negara ini, belum mengambil sikap yang tegas dan jelas terhadap serangan Israel, kemarin menyatakan bahwa Kami tidak akan pernah mengizinkan penggunaan wilayah Suriah sebagai tempat untuk menyerang Israel.
Dalam wawancaranya dengan surat kabar The Times Inggris dan media lainnya, ia mengatakan: “Israel harus menghentikan serangan udara ke Suriah dan menarik tentaranya dari wilayah-wilayah yang berada di bawah kendalinya. Kami tidak mencari konfrontasi, baik dengan Israel maupun pihak lainnya, dan kami tidak akan membiarkan Suriah menjadi titik awal untuk serangan terhadap Israel.”