Tel Aviv, Purna Warta – Kepemimpinan Benjamin Netanyahu secara resmi berakhir dan Naftali Bennett telah sah menjadi perdana menteri rezim Rionis Israel.
Pemungutan suara di Knesset, Parlemen rezim Zionis, baru saja selesai. Pemungutan suara dilakukan demi mencari legitimasi di antara para Wakil di Parlemen untuk memandatkan Naftali Bennett dan Yair Lapid sebagai suksesor Benjamin Netanyahu.
Hasil pemungutan suara juga menampilkan terpilihnya Mickey Levy dari partai Yesh Atid sebagai Ketua Knesset menggantikan Yariv Levin dari partai Likud, yang hingga pertemuan diadakan, masih memimpin Parlemen.
Baca Juga : Pidato Naftali Bennett di Knesset: Propaganda dan Terima Kasih
Dalam pemungutan suara Knesset, Naftali Bennett berhasil meraih suara dukungan yang cukup sebagai Perdana Menteri. 60 Wakil Knesset mengungkapkan dukungannya kepada Kabinet Naftali Bennett, sedangkan 59 Wakil lainnya menyuarakan penolakan.
Setelah pemungutan suara, Naftali Bennett menjalankan upacara perjanjian sehingga menjadi titik akhir perjalanan kepemimpinan Benjamin Netanyahu.
Dengan penunjukan ini, maka Naftali Bennett menjadi Perdana Menteri ke-13 rezim Zionis dan memimpin Kabinet ke-36 Israel.
Begitu pula Yair Lapid. Setelah upacara pengucapan janji, Yair Lapid menjadi Perdana Menteri pengganti kedua dalam sejarah rezim Zionis, yang sebelumnya diduduki oleh Benny Gantz sebagai pengganti Benjamin Netanyahu di bawah kesepakatan kepemimpinan bergantian.
Berasaskan kesepakatan Kabinet koalisi, Lapid dan Bennett keduanya memiliki hak veto dalam politik Kabinet. Dan Lapid akan dimandatkan sebagai PM di dua tahun terakhir periode Perdana Menteri.
Baca Juga : Pasca Perang Gaza, Kemana Kereta Normalisasi Melaju?
Koalisi Kabinet baru ini terdiri dari 8 partai dan ini adalah pertama dalam sejarah Israel bahwa Kabinet koalisi mencakup partai yang memiliki 21% Wakil dari Arab mukim Palestina Pendudukan.