Kabul, Purna Warta – Berapa waktu lalu delegasi Taliban mendatangi negara eropa; Norwegia, untuk berdiskusi dengan pejabat negara dan perwakilan masyarakat sipil Afghanistan.
Hal itu adalah salah satu agenda Taliban untuk mencairkan aset sehingga dapat mengatasi krisis di Afghanistan.
Afghanistan kini terancam krisis pangan dan membuat beberapa warga harus menikahkan anak di usia dini mereka demi mendapatkan bisa makan.
Berikut beberapa negara yang pernah dikunjungi Taliban untuk dimintai bantuan:
Baca Juga : ISIS Klaim Ledakan Bom Bus di Herat Afghanistan
1. Norwegia
Tujuan Taliban mendatangi Norwegia adalah untuk membicarakan pencairan aset Bank Sentral Afghanistan dalam pertemuannya.
Taliban membicarakan pencairan aset bank sentral Afghanistan dalam pertemuan di Norwegia.
“Kami meminta mereka untuk mencairkan aset warga Afghanistan dan tidak menghukum warga biasa karena wacana politik,” tutur salah satu delegasi Taliban, Shafiullah Azam, kepada Associated Press, Minggu (23/1).
“Karena kelaparan, karena musim dingin yang mematikan, saya pikir ini adalah waktu bagi komunitas internasional untuk mendukung warga Afghanistan, bukan menghukum mereka karena perselisihan politik,” lanjutnya.
Tak hanya membicarakan pencairan aset negara pertemuan dengan pejabat di Norwegia, Azam juga mengatakan ini merupakan langkah Taliban untuk mendapatkan pengakuan dan legitimasi
“Undangan pertemuan dan bentuk komunikasi seperti ini akan membantu komunitas Eropa, AS atau banyak negara lain untuk menghapus gambaran yang salah tentang pemerintah Afghanistan,” ucapnya.
Seperti yang telah diketahui, beberapa negara barat serta Amerika serikat membekukan aset Bank Sentral Afghanistan yang diprediksi bernilai US$10 miliar atau setara dengan 143 triliun rupiah. Sebelum Taliban berkuasa sekitar 80% anggaran negara itu bergantung pada bantuan internasional.
Komunitas internasional saat ini belum mengakui Taliban atas kekuasaan Afganistan dikarenakan khawatir mereka akan bersikap keras dan tak menghargai hak perempuan serta hak asasi manusia.
Baca Juga : Rusia Kirim Pasukan ke Perbatasan Ukraina, AS Khawatir
2. Pakistan
Amir Khan Muttaqi, seorang menteri luar negeri Taliban bertolak ke Pakistan pada Desember lalu untuk bertemu utusan dari 57 negara Islam dan delegasi pengamat.
Pertemuan itu dihadiri oleh organisasi kerjasama Islam (OKI) guna membahas krisis yang sedang terjadi di Afghanistan saat ini. Tak hanya negara Islam, delegasi dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Amerika Serikat, Cina, Rusia dan Uni Eropa juga turut hadir dalam pertemuan tersebut.
Menteri Luar Negeri Pakistan Shah, Mahmood Qureshi, mengatakan pertemuan ini dibuat untuk mendorong Taliban ke arah yang lebih baik.
“Biarkan kami mendorong mereka lewat persuasi, insentif, untuk bergerak ke arah yang benar,” kata Qureshi.
“Kebijakan pemaksaan dan intimidasi tidak berhasil. Jika berhasil, kami tidak akan berada dalam situasi ini,” lanjutnya.
Dikutip dari kantor berita Al Jazeera, Qureshi menuturkan pertemuan ini membahas koordinasi bantuan terhadap Afghanistan, membangun institusi negara itu serta menyediakan ahli untuk mengatur ekonomi.
Meski demikian, pertemuan ini bukanlah sebagai bentuk pengakuan serta pengesahan internasional pemerintahan Taliban atas Afghanistan.
Baca Juga : 7 Kasus Perceraian Terjadi Setiap Jamnya di Arab Saudi
3. Iran
Menteri Luar Negeri Afghanistan di rezim Taliban, Amir Khan Muttaqi, mengunjungi Iran pada bulan ini guna membangun relasi ekonomi. Selain itu, pihak Taliban dan Iran membahas masalah perbatasan dan pengungsi antara Kabul dan Teheran.
“Kunjungan ini bertujuan untuk mendiskusikan masalah politik, ekonomi, dan pengungsi antara Afghanistan dan Iran,” ucap juru bicara Kemlu Taliban, Badul Qahar Balkhi.
Seperti yang diketahui, Iran memang kerap menampung jutaan pengungsi dari Afghanistan. Namun kini, kekuasaan Taliban atas negara tersebut membawa kekhawatiran yang baru akan gelombang pengungsi.
Taliban tengah berhadapan dengan krisis ekonomi di Afghanistan yang membuat masyarakat sengsara. Bantuan internasional diperlukan serta diharapkan untuk mengatasi masalah tersebut, tetapi komunitas dunia khawatir akan kekuasaan Taliban.
Baca Juga : Indonesia Ambil Alih Ruang Kendali Udara Kepulauan Riau setelah 8 Tahun Dipegang Singapura