Jakarta, Purna Warta – Aria Bima, salah satu politikus senior PDIP, mempertanyakan mengapa suara Ganjar-Mahfud di pilpres rendah padahal suara PDIP di pileg unggul berdasarkan hasil quick count. Aria menjelaskan sebenarnya target PDIP di pileg dan pilpres itu sama.
“Ya masalah kan. Kenapa sekarang suara pileg lebih tinggi daripada suara pilpres? Karena itu, itu pertanyaan yang harus dijawab oleh semua kader termasuk saya yang ada di Solo. Karena itu instruksi partai yang bisa membuat saya tidak bisa dilantik,” kata Arya Bima di Cemara, Jakarta Pusat, Jumat (16/2/2024).
Arya Bima menuturkan bila dirinya tidak bisa menginvestigasi dan mencari tahu penyebab merosotnya suara PDIP di pilpres versi quick count maka dia tidak akan dilantik. Dia menyebut merosotnya suara Ganjar-Mahfud sebagai anomali.
“Kalau saya tidak bisa menginvestigasi, kenapa terjadi selisih suara DPR RI jauh lebih besar daripada suara pilpres, belum ada tambahan suara Perindo, suara Hanura, suara PPP, pengaruh Pak Mahfud Md, pengaruh Mbak Atiqoh, pengaruh Alam di kalangan milenial, pengaruh Pak Sandi. Inilah yang saya sebut anomali, gitu. Dan kalau saya tidak menyampaikan ini, saya tidak bisa menemukan, bisa-bisa Aria Bima tidak dilantik karena itu adalah instruksi ketua umum,” ujarnya.
Untuk itu, Arya Bima menyampaikan saat ini tengah dilakukan investigasi penyebab merosotnya suara Ganjar-Mahfud di pilpres. Bahkan dia menyebut di TPS tempat FX Rudy mencoblos dan dirinya, Ganjar-Mahfud kalah.
“Daripada saya tidak dilantik, ya saya kerja dulu. Kenapa ini terjadi? Saya sudah telepon Mas Rudy, saya datengi kades, lurah, saya datengi warga, ada apa? Di tempat tinggal saya saja, bisa kalah. Di tempat tinggalnya Pak Rudy saja, TPS-nya Pak Rudy saja,” imbuhnya.
Menurut para politikus PDIP, faktor-faktor tersebutlah yang dinilai mereka sebagai anomali dikarenakan suara PDIP di pileg dan pilpres tidak berjalan serasi.