Purna Warta – Kantor Staf Presiden (KSP) menilai pertemuan KTT khusus ASEAN – AS di Washington DC, Amerika Serikat berjalan sukses. Hal itu menyusul dikeluarkannya Pernyataan Visi Bersama (joint vision statements) yang konstruktif dan berbasis partnership. Capaian ini tentu memberi umpan balik yang positif bagi ASEAN dan Indonesia.
Menurut Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden RI Siti Ruhaini Dzuhayatin, pernyataan bersama tersebut lebih mengedepankan isu kemanusian ketimbang politik, dengan menempatkan penanggulangan pandemi dan pemulihan bersama pada poin pertama, yang kemudian dilanjutkan dengan penguatan dan konektivitas ekonomi.
“Terutama pada literasi digital, kerangka kerja yang inklusif serta mendorong inovasi dan efisiensi,” kata Ruhaini, Senin (16/5/2022).
Ruhaini memandang, isu kemanusiaan lain yang diusung dalam pernyataan bersama, yakni soal dukungan koneksitas antarwarga (people to people) dengan fokus pada aksesbilitas bagi pemberdayaan perempuan, kesetaraan gender, dan penyandang disabilitas.
Demikian pula dengan perubahan iklim dan jaminan stabilitas keamanan. Menurut Ruhaini, KTT ASEAN-AS juga membangun kepercayaan bersama untuk memastikan ASEAN sebagai kawasan zona bebas nuklir, biologi, dan senjata pemusnah massal.
“Poin-poin pernyataan bersama ini sudah jelas menunjukkan bahwa isu kemanusiaan menjadi prioritas dalam KTT ASEAN-AS kali ini,” tegasnya.
Sementara dalam kaitan dengan pertanyaan publik, apakah isu Myanmar dan Ukraina juga dibahas dalam KTT, Ruhaini secara tegas menyatakan, kedua isu tersebut dibahas pada poin akhir dalam pernyataan bersama.
“Disebutkan bahwa kedua belah pihak mendorong dipatuhinya piagam PBB, penghentian kekerasan, dan mendorong solusi damai serta mengutamakan kepentingan warga dan akses bantuan kemanusiaan,” sambungnya.
Secara bilateral, kata dia, KTT khusus ASEAN-AS menjadi ekspose bagi media dan masyarakat Amerika terhadap Indonesia sebagai koordinator kemitraan ASEAN.
Sehingga, lanjut dia, dapat memberikan observasi dan input yang seimbang dan konstruktif terhadap prinsip politik luar negeri Indonesia, yakni bebas aktif, yang secara konsisten dilaksanakan dalam konteks regional dan internasional, termasuk terkait isu Myanmar dan Ukraina.
“Ini menjadi feedback yang substantif bagi Indonesia untuk mempertahankan prinsip tersebut,” ungkapnya.
Selain politik, menurut Ruhaini, pertemuan KTT khusus ASEAN-AS juga memberikan umpan balik positif bagi ekonomi Indonesia.
Ruhaini menyebut, Amerika telah membuka ruang dan peluang kepada Indonesia sebagai the new emerging country, untuk bertemu dengan pelaku bisnis besar di AS, yang diharapkan dapat menjadikan Indonesia sebagai partner bisnis yang lebih equal.
Dengan demikian Indonesia bisa mewujudkan misi mengekspor komoditas jadi, setengah jadi atau komoditas hilir, bukan seperti dimasa lalu yang mengirim natural raw material.
“Peluang ini tentunya akan ditindaklanjuti dengan mewujudkan suasana kondusif bagi investasi di Indonesia, termasuk reformasi regulasi dan birokrasi, peningkatan SDM yang inklusif dan tangguh, infrastruktur yang memadai, dan aspek pendukung lain,” ungkap Ruhaini.