Ditinggal Sandiaga, Gerindra Kedatangan Personel Baru

Ditinggal Sandiaga, Gerindra Kedatangan Personel Baru

Jakarta, Purna Warta  Selepas kepergian Sandiaga Salahuddin Uno, Partai Gerindra kini mulai kedatangan personel baru. Figur Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto diklaim menjadi alasan sejumlah figur ikut bergabung.

”Ya (selepas Sandiaga), kedatangan kader baru ini tak lepas dari figur Prabowo sebagai pemersatu bangsa. Dia bersama Presiden Joko Widodo berhasil mencegah keterbelahan yang berpotensi terjadi di Indonesia usai Pemilu 2019 lalu,” ujar Anggota Dewan Pembina Partai Gerindra Andre Rosiade sebagaimana dilansir oleh Kompas Jumat (28/4).

Kemarin malam, di kediaman Prabowo, di Jakarta, Gerindra mengenalkan sejumlah personel barunya, seperti mantan Ketua Umum Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) Komisaris Jenderal (Purn) Mochamad Iriawan atau Iwan Bule. Iwan bahkan mengisi posisi Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra yang sebelumnya diduduki oleh Sandiaga.

Selain Iwan, dua anak musisi Ahmad Dhani turut bergabung, yaitu Al Ghazali dan El Rumi. Wakil Gubernur Sumatera Selatan Mawardi Yahya juga kini mengisi posisi Anggota Dewan Pembina Partai Gerindra.

”Untuk Wakil Gubernur (Mawardi) tetap Wakil Gubernur, Gubernur Sulteng (Rusdy) tetap Gubernur Sulteng. Sementara Pak Iwan, saya dengar akan mencalonkan diri sebagai calon legislatif terlebih dahulu. Kalau untuk Al dan El, saya belum tahu secara pasti,” tutur Andre.

Dia mengatakan, bukan hanya tokoh-tokoh itu yang bergabung ke Gerindra, melainkan ada kejutan nama-nama lain yang akan ikut bergabung. Meski kedatangan personel baru, Andre mengklaim proses pendidikan dan kaderisasi partai terus berjalan.

Bergabungnya dua putra Ahmad Dhani, yakni Al Ghazali dan El Rumi, dengan Partai Gerindra, menunjukkan adanya ketertarikan anak muda ke dunia politik praktis.

Seluruh simpatisan dan kader baru umumnya menerima pelatihan selama tiga bulan melalui mekanisme sekolah partai. Pelatihan ini berupa wawasan kebangsaan, Undang-Undang Dasar 1945, kecintaan terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), Pancasila, dan manifesto partai.

”Untuk durasinya terkadang berbeda. Ada yang satu minggu. Kalau yang tiga bulan biasanya untuk kader muda Gerindra Masa Depan (GMD),” ungkap Andre.

Jadi, lanjut dia, selain melalui kaderisasi secara alami, banyak juga yang bergabung karena jejak patriot Prabowo. ”Ke depan, masih banyak lagi. Setiap minggu akan ada tokoh yang akan bergabung,” tambahnya.

Saat diumumkan oleh Prabowo, Al Ghazali mengungkapkan alasannya bergabung dengan Partai Gerindra karena kekagumannya terhadap sosok Prabowo. ”Saya jujur pilih Pak Prabowo karena fans Pak Prabowo sejak tahun 2014 dan saya melihat Pak Prabowo adalah tokoh yang sangat punya api yang membara dan itu yang sangat dibutuhkan oleh anak-anak muda,” ujar Al Ghazali.

Menurut peneliti di Pusat Riset Politik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Wasisto Raharjo Jati, bergabungnya dua putra Ahmad Dhani, yakni Al Ghazali dan El Rumi, dengan Partai Gerindra, menunjukkan adanya ketertarikan anak muda ke dunia politik praktis.

”Fenomena ini juga didorong dengan penunjukan sejumlah figur anak muda yang saat ini berkecimpung di ranah legislatif maupun eksekutif” ucapnya.

Lebih lanjut, kata Wasisto, fenomena tersebut berhubungan dengan kaderisasi partai politik atau parpol. Gerinda, melalui sayap organisasi Tunas Indonesia Raya (Tidar), dinilai berperan mendekati anak muda yang merupakan pangsa pasar terbesar pemilih potensial.

Adapun sejumlah figur, seperti selebriti Tanah Air yang berperan menjadi pengumpul suara atau vote getter bagi parpolnya, memang sudah lama menjadi bagian dari strategi partai, utamanya menjelang pemilu. Mereka sengaja direkrut sebagai upaya mendongkrak elektabilitas partai.

Meskipun begitu, kaderisasi parpol sebenarnya dapat berjalan bergantung pada optimalisasi berbagai sayap organisasinya. Tidak jarang, kegagalan kaderisasi terjadi pada sejumlah parpol karena kurang intensif menjalin komunikasi akar rumput.

”Sejumlah parpol juga masih sulit mengikuti perkembangan zaman. Selain itu, gagalnya kaderisasi, tak luput karena parpol terlalu bergantung pada elite-elite senior sehingga merasa aman di zona nyaman. Hal itulah yang membuat anak muda enggan masuk,” kata Wasisto.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *