Purna Warta – Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Budi Gunawan meminta semua elemen bangsa mendukung perpindahan IKN yang baru ke Kalimantan Timur dan menjauhi narasi-narasi yang tidak benar yang dimunculkan untuk menolak pembangunan Ibu Kota Baru yang diberi nama Nusantara.
“Mari kita semua mendukung pembangunan IKN yang baru. Jangan ada narasi-narasi tidak benar yang dimunculkan untuk menolak pembangunan Ibu Kota Nusantara,” ujar Budi Gunawan di Jakarta, Minggu (6/2/2022).
Budi mengatakan, kehadiran Ibu Kota Negara (IKN) yang baru, merupakan lokomotif baru transformasi Indonesia. Pembangunan IKN Nusantara akan membuat program pembangunan menjadi Indonesia sentris, yang akan merata di setiap pelosok Tanah Air.
“IKN Nusantara merupakan ide gemilang dan visioner dari Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang akan menjadi lokomotif transformasi Indonesia di masa mendatang,” jelasnya.
Dikatakan, IKN Nusantara akan menjadi magnet baru pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tidak lagi terpusat di Pulau Jawa. Pembangunan ekonomi akan tersebar merata di pelosok-pelosok Tanah Air yang selama ini kurang mendapatkan perhatian.
Lebih lanjut, Budi mengatakan bahwa IKN Nusantara juga akan menjadi katalisator bagi model pembangunan berwawasan Nusantara yang lebih moderen dan mengglobal. Hal itu terlihat dari konsep IKN Nusantara yang mengusung tema green economy, green energy, smart city, dan tata kelola pemerintahan yang lebih efektif dan efisien.
Budi juga menyebutkan ada sejumlah alasan mengapa Ibu Kota Negara harus segera dipindahkan dari Pulau Jawa, khususnya Jakarta. Dari sisi jumlah penduduk, Pulau Jawa, khususnya Jakarta, sudah sangat padat. Berdasarkan data Sensus Penduduk 2020, hingga Desember 2020 jumlah penduduk Indonesia sebanyak 271,35 juta jiwa. Dari jumlah itu, sebanyak 55,94% atau 131,79 juta jiwa berada di Pulau Jawa.
“Ini tentu membuat beban bagi Jawa, terutama Jakarta, semakin berat. Kepadatan jumlah penduduk yang tinggi itu akan menimbulkan beragam masalah sosial, ekonomi, dan keamanan,” ujarnya.
Dia mencontohkan, berdasarkan riset Bank Dunia (World Bank) pada 2019, kemacetan yang kerap terjadi di Jakarta telah menimbulkan kerugian ekonomi hingga Rp 65 triliun per hari. Kepadatan penduduk di Jakarta juga memunculkan krisis air bersih yang cukup parah. Warga akhirnya menyedot air tanah yang dalam jangka panjang akan membuat Kota Jakarta tenggelam.
Para ahli memprediksi, Jakarta akan tenggelam dalam jangka waktu 10-15 tahun lagi karena penurunan permukaan air tanah Jakarta yang mencapai 12 cm per tahun. Selain itu, Jakarta juga berada di daerah gempa. Budi mencontohkan, gempa yang beberapa kali terjadi di Lebak, Banten, terasa hingga ke Jakarta dan membuat panik warga, terutama yang sedang berada di gedung-gedung tinggi.
Dari sisi keamanan, Budi Gunawan menilai lokasi Ibu Kota Negara yang baru di Kalimantan Timur lebih aman. Sebagai sebuah kota baru, pemerintah tentu lebih mudah merancang sistem keamanan yang mumpuni, terutama bagi Presiden dan pejabat negara lainnya.