PurnaWarta — Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO menyatakan bahwa mencampur dua vaksin covid-19 yang berbeda merupakan sesuatu yang berbahaya. Mereka menyarankan pada warga untuk tidak sembarang mencampur vaksin covid-19 yang beda merek.
Kepala Tim Ilmuwan WHO, Soumya Swaminathan menyebut perilaku mencampur vaksin beda merek tersebut sebagai ‘tren yang berbahaya’. Hingga saat ini, belum ditemukan bukti mengenai efeknya untuk kesehatan.
“Ada tren yang berbahaya saat ini. Kita saat ini belum memiliki bukti soal mencampur dan mencocokkan [vaksin beda merek],” ujar Soumya, dalam sebuah pertemuan daring, melansir Reuters.
Hal ini, lanjut Soumya, akan membuat situasi menjadi kacau di negara-negara yang membiarkan warganya mengambil vaksin dosis kedua, ketiga, dan keempat dengan beda merek.
Hingga saat ini, sudah ada beberapa jenis vaksin yang diproduksi di dunia. Mulai dari Sinovac, AstraZeneca, Pfizer, Sinopharm, Moderna, hingga Johnson & Johnson. Keempat di antaranya telah digunakan di Indonesia.
Dari sana muncul pertanyaan, bolehkah menggunakan vaksin beda merek?
Sebuah penelitian yang dilakukan Oxford University menemukan bahwa menggabungkan dua vaksin Covid-19 yang berbeda merek dapat memberikan perlindungan yang baik bagi tubuh dalam melawan virus corona.
Belakangan, beberapa negara juga mencoba menggabungkan penggunaan dua merek vaksin berbeda. Soumya menegaskan baahwa hingga saat ini belum ada bukti cukup untuk merekomendasikan pemberian vaksin beda merek. Hingga saat ini, WHO masih menganjurkan penggunaan vaksin yang sama.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh dokter spesialis penyakit dalam konsultan alergi imunologi, Iris Rengganis. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui khasiat dan keamanan dari pemberian dua vaksin dengan merek berbeda.
“Belum ada cukup bukti. Kita belum tahu manfaat dan efek sampingnya kalau diberikan demikian,” ujar Iris, dalam sebuah wawancara dengan CNNIndonesia.com. Selain itu, lanjut Iris, diperlukan juga kajian mengenai efek samping dari pemberian vaksin beda merek.
Pasalnya, setiap vaksin Covid-19 dibuat dengan komposisi yang berbeda. Contohnya pada kasus Sinovac dan AstraZeneca. Sinovac mengandung partikel virus SARS-CoV-2 yang tidak aktif. Sementara AstraZeneca dibuat dengan rekombinan (adenovirus) virus corona. Hal ini membuat cara kerja vaksin dan efektivitasnya pun akan berbeda.