Jakarta, Purna Warta – Mikroalga, tumbuhan laut mikroskopis yang tak terduga, memegang peran vital dalam ekosistem laut dan memiliki kemampuan luar biasa dalam mengatasi tantangan lingkungan global seperti pemanasan global dan perubahan iklim.
Baca juga: Nasrallah: Iran Benteng Perlawanan yang Kuat Menghadapi Penjajahan
Mikroalga mampu menyerap karbon dioksida (CO2) melalui proses fotosintesisnya yang efisien, memanfaatkan protein, lemak, dan karbohidrat dalam jumlah besar untuk metabolismenya.
Kemampuan luar biasa mikroalga ini tidak hanya terbatas pada penyerapan CO2 yang sangat efisien — hingga 30-50 kali lebih efektif dibandingkan tanaman darat — tetapi juga ketahanannya terhadap kondisi ekstrem. Mikroalga dapat bertahan hidup di lingkungan yang sangat tercemar, suhu ekstrem, dan bahkan atmosfer yang beracun.
Kesadaran akan potensi mikroalga dalam mengurangi emisi karbon telah mendorong banyak peneliti untuk mengembangkannya sebagai solusi dalam menghadapi perubahan iklim. Salah satu inisiatif terbaru berasal dari Universitas Gadjah Mada (UGM) yang mengembangkan teknologi inovatif bernama Microforest 100.
Proyek ini lahir dari kolaborasi Peneliti Pusat Unggulan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (PUIPT) Microalgae Biorefinery UGM dengan startup PT Algatech Nusantara, didanai melalui platform Kedaireka oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi pada tahun 2022. Microforest 100 adalah sebuah instalasi prototipe yang dirancang menyerupai pohon dan menggunakan teknologi fotobioreaktor untuk menyerap CO2 dalam jumlah besar — setara dengan lima pohon dewasa berumur 15 tahun.
Pada bulan Juni 2024, instalasi setinggi dua meter ini diluncurkan di Masjid Raya Syeikh Zayed Solo, sebuah lokasi yang dipilih karena tingginya jumlah pengunjung dan emisi karbon yang dihasilkan. “Instalasi ini dirancang untuk menyerap karbon di udara menggunakan teknologi fotobioreaktor,” ujar Rangga, salah satu peneliti dari UGM.
Proyek Microforest 100 ini akan terus dipantau kinerjanya untuk mengukur seberapa efektifnya teknologi ini dalam jangka panjang. Jika berhasil, teknologi ini diharapkan dapat diterapkan di tempat-tempat ibadah besar lainnya seperti Masjidil Haram di Mekkah dan Masjid Nabawi di Madinah.
Dr. Eko Agus Suyono, seorang dosen Fakultas Biologi di UGM, menekankan bahwa mikroalga tidak hanya efektif dalam penyerapan karbon tetapi juga memiliki potensi besar dalam bidang lain, seperti produksi bahan bakar bioenergi. “Mikroalga ini memiliki berbagai potensi yang bisa dieksplorasi lebih lanjut, yang dapat bermanfaat bagi masyarakat luas,” tambahnya.
Baca juga: Serangan Yaman terhadap Sasaran Penting di Haifa
Dengan demikian, mikroalga dan inovasi seperti Microforest 100 memberikan harapan baru untuk pengurangan emisi karbon secara signifikan, membantu memerangi perubahan iklim dengan cara yang berkelanjutan dan efisien.