Taufik Hidayat ke PSSI: Boleh Naturalisasi, Tapi Jangan Lupa Pembinaan

Jakarta, Purna Warta – PSSI terus menggalakkan program naturalisasi pemain demi memperkuat Timnas Indonesia. Namun, Wakil Menteri Pemuda dan Olahraga (Wamenpora), Taufik Hidayat, mengingatkan bahwa pembinaan atlet dalam negeri tetap harus menjadi prioritas.

Baca juga: Zulhas: Harga Pangan Masih Terkendali saat Lebaran Meski Ada Kenaikan

Timnas Indonesia saat ini sedang dalam tren positif setelah meraih kemenangan 1-0 atas Bahrain dalam Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia. Hasil tersebut tak lepas dari program naturalisasi yang dilakukan PSSI untuk memperkuat skuad Garuda. Dengan hasil tersebut, Indonesia masih menjaga asa untuk tampil di Piala Dunia 2026.

Di bawah kepemimpinan Erick Thohir, PSSI telah menyelesaikan proses naturalisasi beberapa pemain sebelum menghadapi Australia dan Bahrain pada laga yang berlangsung di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SU GBK) pada 20 dan 25 Maret lalu.

Keputusan ini sempat menuai sorotan, termasuk dari pelatih Timnas Bahrain, Dragan Talajic, yang menyindir Indonesia karena terus menambah pemain naturalisasi di setiap pertandingan.

Menanggapi hal tersebut, Taufik Hidayat menegaskan bahwa program federasi olahraga harus didukung selama bertujuan untuk kemajuan cabang olahraga tersebut.

“Itu yang terbaik semua tahunya, bukan PSSI saja. PBSI mengajukan (program ke) pemerintah kalau itu bagus, yang terbaik buat PBSI kita support. A, B, C, D, sampai Z cabang olahraga yang tahu masing-masing seperti apa. Kita hanya mensupport, itu saja sih,” kata Taufik saat ditemui di Pelatnas PBSI, Cipayung.

Taufik Hidayat juga menegaskan bahwa pemerintah tidak mengintervensi program federasi olahraga, termasuk PSSI.

“Bukan saran dari pemerintah untuk PBSI harus begini, PSSI harus begini. Enggak. Mereka yang punya program, permintaan mereka. Ya, kalau untuk PSSI kan cuma satu kuncinya. Kalau dari pemerintah, dari kita bahwa kita juga harus menguatkan regenerasi atlet yang ada sekarang di sini. Jangan sampai putus. Itu saja sih,” lanjutnya.

Saat ini, Timnas Indonesia diperkuat oleh sejumlah pemain naturalisasi, termasuk Maarten Paes, Mess Hilgers, Jay Idzes, Jordi Amat, Sandy Walsh, Kevin Diks, Rafael Struick, Ole Romeny, Emil Audero, Joey Pelupessy, Calvin Verdonk, Ivar Jenner, Thom Haye, Shayne Pattynama, Dean James, Nathan Tjoe-A-On, hingga Eliano Reijnders.

Namun, Taufik Hidayat menekankan bahwa naturalisasi tidak boleh menghambat regenerasi pemain lokal.

“Ya kalau mau naturalisasi ya monggo saja. Tapi yang di sininya (di Indonesia) juga harus sama-sama jenjang. Yang naturalisasi harus menjadi contoh baik untuk pemain lokal benar-benar Indonesia. Bukan pemain naturalisasi,” katanya.

“Yang di sini harus melihat ke atas bahwa yang pemain junior sampai ke senior saya ingin seperti ini. Biar bisa main di sini. Itu saja sih. Jadi acuan lah. Jadi role modelnya gitu. Ya mudah-mudahan bisa stabil terus.”

Baca juga: Pemkab Pandeglang Ingatkan Pengelola Wisata Tak Naikkan Harga Tiket Saat Lebaran

Taufik juga menyoroti pentingnya kesinambungan pembinaan pemain muda di tengah fenomena naturalisasi.

“Kalau saya memikirkan pembinaannya saja. Inginnya lebih baik lagi ke depan. Kalau misalnya Bahrain dibilang 300 juta kok enggak ada ini? Kita enggak ada yang tahu juga,” ujarnya.

Meski mengapresiasi kebijakan PSSI, peraih medali emas Olimpiade Athena 2004 itu menegaskan bahwa pembinaan pemain lokal harus tetap berjalan.

“Kalau kami berharap pembinaan tetap jalan. Meskipun ada (naturalisasi), tetap jalan. Dikasih kesempatan. Kita merasakan lah. Pasti pro-kontra. Pasti semua enggak ada yang 100 persen setuju. Ada yang setuju juga. Tapi enggak 100 persen setuju juga. Ya PSSI lah yang tahu lebih detail seperti apa,” katanya.

Taufik pun mengingatkan bahwa regenerasi pemain lokal adalah investasi jangka panjang bagi sepak bola Indonesia.

“Kami cuma berpesan, kami senang dengan PSSI sekarang. Kami bangga. Apalagi menang. Tapi berpesan juga bahwa pembinaan, pembibitan pemain-pemain lokal kita yang asli di sini tetap harus diperhatikan. Karena kalau pengurus cuma sebentar kan? 4 tahun, 8 tahun, 2 periode. Tapi kalau atlet ini panjang, ada lagi, ada lagi, ada lagi. Jangan sampai mereka mati. Itu saja,” pungkasnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *