Jakarta, Purnawarta – Per 3 September 2022 kemarin, harga BBM pertalite, solar, dan pertamax resmi naik usai diumumkan oleh pemerintah. Kenaikan tersebut diprediksi akan berdampak pada harga-harga makanan pokok.
Ketua Umum Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) Sudaryono mengatakan harga bahan pokok bisa naik karena ada faktor angkutan logistik dari tempat produksi ke pasar. Biaya itu bisa lebih mahal karena harga BBM naik.
“Jadi pedagang pasar itu kan selalu mendapat barang yang dipasok, nah harga itu sudah termasuk harga angkutan. Tentu saja misalnya kita ngomong beras, cabai, komoditi penting saya kira akan mengalami kenaikan,” kata Sudaryono, Minggu (4/9/2022).
Sudaryono mengaku sampai saat ini masih memantau berapa kenaikan bahan-bahan pangan akibat dampak naiknya harga BBM. Dia berharap kenaikannya tidak terlalu signifikan jika melihat dari komponen biaya logistik di harga pangan.
“Seberapa besar kenaikannya kami berharap tidak terlalu signifikan mengingat biaya logistik dari harga barang tidak terlalu besar mungkin 2-5% paling tinggi. Misalnya beras di angka Rp 10 ribu, sebetulnya biaya logistiknya kalau dari Jawa ke Jakarta di kisaran Rp 100-300,” jelasnya.
Sudaryono menyebut telah mengimbau kepada pedagang pasar di bawah naungannya agar tidak latah menaikkan harga pangan terlalu signifikan dengan alasan BBM naik. Dia khawatir dengan kondisi ini, ada faktor psikologis yang bisa mengerek harga pangan.
“Kalau naik, kita berharap kenaikan itu hanya sebatas dari kenaikan biaya logistik yang menurut perhitungan kami besarannya 2-3% dari total harga, sehingga kalau (BBM) naik 30%, total kenaikannya tidak terlalu signifikan jika dibanding harga dari komoditi tersebut,” bebernya.
Sudaryono juga berharap pedagang pasar lainnya agar tidak terlalu tinggi menaikkan harga pangan. Jika harga pangan naik begitu tinggi, hal ini akan menyebabkan rendahnya daya beli masyarakat.