Palembang, Purnawarta – Kabar tentang tewasnya seorang santri yang berasal dari Palembang, Sumatera Selatan, mencuat ke ranah publik.
Santri tersebut diketahui berinisial AM berusia 17 tahun yang meninggal atas dugaan penganiayaan di Pondok Pesantren Gontor, Jawa Timur.
Ibu AM, Soimah mengungkap sejumlah kejanggalan saat jasad anaknya tiba di Sumsel.
Melalui kuasa hukumnya Titis Rachmawati, Soimah mengungkapkan kejanggalan-kejanggalan itu di antaranya mulai dari kabar tewasnya AM yang tak langsung disampaikan pihak pesantren ke keluarga Soimah. AM disebut meninggal pukul 06.45 WIB, namun baru dikabarkan pihak pesantren tiga jam setelah kejadian, tepatnya pada pukul 10.00 WIB.
“Banyak kejanggalan-kejanggalannya, makanya Bu Soimah berusaha mencari kejelasan, pertama soal kabar yang telah disampaikan dimana anaknya yang meninggal pukul 06.45 dan baru dikabarkan pukul 10.00,” ungkap Titis kepada detikSumut, Selasa (6/9/2022).
“Ada selisih waktu di sana, ada apa? Apa yang lebih dulu dipersiapkan? kenapa tidak langsung disampaikan? Dan itu perlu kita cari tahu,” sambungnya.
Selain itu, menurut Titis, ada juga terkait peristiwa pengantaran jenazah AM ke Palembang yang penuh dengan misteri. Yang mana jenazah AM diserahkan oleh tujuh orang ke pihak keluarga berikut surat kematian yang menyebut AM sakit.
Padahal, sebelum diterima Soimah lebih dulu memeriksa kondisi jenazah anaknya. Saat diperiksa di tubuh AM ditemukan sejumlah lebam dan memar. Bahkan di bagian hidung dan mulut masih mengeluarkan darah, hingga membasahi kafan yang sudah terpasang.
“Itu kan aneh. Masa dalam surat kematian yang diterima itu anaknya dinyatakan sakit padahal di tubuhnya ditemukan lebam memar dan hidung mulut yang masih mengeluarkan darah dan membasahi kafannya, dan itu deras sekali,” katanya.
Dan anehnya lagi, lanjut dia, tujuh orang perwakilan Pesantren Gontor yang mengantarkan jenazah tersebut ketika ditanya penyebab kematian AM, hanya menjawab kalau AM sakit usai terjatuh di kamar mandi dan kelelahan.
Hal itu menurut Soimah dinilai sangat janggal sekali karena tidak sinkron antara penjelasan pengantar jenazah dan kondisi tubuh anaknya yang luka-luka.