Jakarta, Purnawarta – Ramai perbincangan tentang polusi udara di Jakarta. Namun, bukan hanya Jakarta yang diklaim memiliki polusi udara yang tinggi.
Ternyata di Tangerang Selatan juga demikian. Perbincangan mengenai hal ini berawal dari unggahan satu akun Twitter @piotrj yang menyebutkan bahwa kondisi di Tangerang Selatan 20 persen lebih buruk dibandingkan DKI Jakarta.
Pantauan langsung oleh wartawan di daerah Bintaro, Tangerang Selatan, hari ini (3/8/2022) kualitas udara yang kurang baik terasa pada pagi hari pukul 07.00 WIB. Kondisi ini juga dibuktikan melalui data dari air quality index yang mencapai 168 di daerah Tangerang Selatan, khususnya Bintaro dengan polutan utama PM2.5 yang konsentrasinya mencapai 86.3 ug/m3.
Ini artinya, udara di Tangerang Selatan tergolong tidak sehat. Berdasarkan Air Quality Index, daerah yang baik merupakan daerah yang memiliki air quality index 0 – 50. Tak hanya itu, Particulate Matter 2.5 (PM2.5) memberi dampak buruk untuk kesehatan.
“Particulate Matter 2.5 (PM2.5) adalah polutan kecil yang oleh @who disorot sebagai sangat berbahaya bagi kesehatan kita. Ini karena sangat kecil sehingga bisa masuk jauh ke dalam paru-paru kita,” ujar Piotr Jakubowski, Co-Founder dari Nafas Indonesia, melalui akun Twitter miliknya pada Senin (1/8).
Polusi udara ini membuat beberapa masyarakat resah, salah satunya Ninno (21). Warga Pondok Aren, Tangerang Selatan, ini mengatakan polusi udara menyebabkannya tidak nyaman karena kualitas udaranya yang cukup rendah serta rasa sesak ketika olahraga.
“Gua olahraga pagi-pagi pun sekitar jam 5 to 6 yang seharusnya udara masih fresh tapi udah kucium bau-bau asap kendaraan terus ada juga asap pembakaran sampah gitu, jadi pas olahraga bukannya seger hirup oksigen malah sesek gara-gara polusi,” ujarnya kepada wartawan, Selasa (2/8).
Keresahan mengenai polusi udara ini juga dirasakan oleh Daniel (21), warga DKI Jakarta yang bekerja di Tangerang Selatan. Ia merupakan salah satu orang yang setuju bahwa polusi udara Tangerang Selatan lebih buruk dari DKI Jakarta.
“Sebelumnya, gua warga Jakarta tapi emang kerja di Tangsel. Tapi dengan statement bahwa polusi di Tangsel itu lebih dari DKI Jakarta gua setuju karena di Tangsel sering banget ada perbaikan-perbaikan jalan atau gorong-gorong yang menyebabkan polusi itu sendiri,” ucapnya.
Namun, tidak semua warga Tangerang Selatan setuju dengan buruknya tingkat polusi udara. Ada beberapa orang yang mengatakan itu semua tergantung daerah. Rere (33) merasa polusi udara di beberapa daerah Tangerang Selatan khususnya Bintaro masih tergolong aman karena adanya pohon.
“Kalau saya pribadi sih tergantung Tangsel mananya dulu. Kalo kayak Bintaro-kan banyak, saya rasa kalau dari sektor 1 sampe 4 masih amanlah polusinya, karena di sini kan perumahan yang banyak pohon ya. Kalo di daerah Emerald arah Graha, dibilang banyak polusi baru saya setuju,” kata Rere kepada wartawan, Selasa (2/8).
Tak hanya Rere, kondisi serupa dialami oleh Nathan (21) seorang warga BSD, Serpong. Menurutnya, ia tidak sepenuhnya setuju karena merasa lingkungannya tidak begitu tercemar namun terkadang ia juga merasa tidak nyaman ketika berolahraga ke daerah tertentu seperti Ciater.
“Saya rutin bersepeda ke daerah Ciater. Selama saya bersepeda saya merasa nyaman bernapas jika melintasi BSD tetapi tidak jika melintasi ciater. Mungkin hal ini disebabkan oleh penyempitan jalan di Ciater, sehingga kendaraan pun lebih padat, berbeda dari BSD yang ruas jalannya lebih lebar sehingga kendaraan lebih lenggang,” jelasnya.
Saat ditanyai mengenai lebih milih olahraga pagi atau sore, semua narasumber memilih untuk melakukannya pagi hari. Nyatanya, pada Juni 2022, polusi udara pagi justru tergolong lebih tinggi.
“Teman2 di TangSel suka berolahraga kan… Kebanyakan olahraga dilakukan antara pukul 05.00 dan 09.00, karena saat itulah “kurang mobil” dan “udara lebih segar” Ternyata, rata-rata polusi udara sangat buruk pada saat-saat itu,” ujar Piotr, dikutip dari akun Twitter miliknya @piotrj.
Perlu diketahui, menurut data milik Nafas Indonesia, pada Juni 2022, Serpong dan Bintaro masuk ke dalam dua besar daerah yang memiliki polusi udara terburuk di Tangerang Selatan.