Produk Gunungkidul: Dari Rumput Laut hingga Produk Bernilai Tinggi

Jakarta, Purna Warta – Jika Anda mendengar Gunungkidul, mungkin yang terlintas adalah gaplek, makanan khas dari singkong kering yang lekat dengan wilayah pantai selatan Yogyakarta. Namun, kali ini kita akan menelusuri potensi lain dari daerah ini: pengolahan rumput laut menjadi berbagai produk bernilai tinggi.

Di Padukuhan Dunggubah I, Desa Duwet, Kecamatan Wonosari, Gunungkidul, terdapat sentra pengolahan rumput laut yang hasil produknya tidak hanya dipasarkan di dalam negeri, tetapi juga diekspor ke negara-negara seperti Hong Kong dan Jepang.

Salah satu tokoh penggerak di balik pengolahan rumput laut ini adalah Nuraji, seorang pria berusia 84 tahun. Meski usianya telah senja, semangat Nuraji untuk mengolah rumput laut tetap menginspirasi. Ia memimpin kelompok usaha UD Rumput Mandiri yang fokus pada hilirisasi rumput laut.
“Kami memproduksi agar-agar lembaran, karagenan, bahan baku, dan pupuk organik dari rumput laut. Produk-produk ini menjadi prioritas utama kami,” jelas Nuraji dalam sebuah video yang dirilis oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan.

Kelompok Nuraji membeli bahan baku rumput laut dari pengepul yang mendapatkannya langsung dari masyarakat sekitar. Jenis rumput laut yang mereka olah meliputi Sargassum, Ulva Lactuca, dan Gelidium.

Jika Anda mengunjungi gudang UD Rumput Mandiri, Anda akan disambut dengan pemandangan tumpukan rumput laut yang tengah dijemur. Karung-karung berisi rumput laut kering tersusun rapi, menunggu giliran untuk diproses lebih lanjut.

Di dapur produksi, aktivitas tak pernah berhenti. Kompor menyala sepanjang waktu, sementara Nuraji dan timnya sibuk mengolah rumput laut menjadi produk bernilai tinggi. Salah satu produk unggulan mereka adalah agar-agar lembaran.

Namun, agar-agar buatan mereka berbeda dari yang biasa ditemukan di pasaran. Lembaran agar-agar ini kering, keras, dan menyerupai kertas. Untuk dikonsumsi, agar-agar tersebut harus dimasak terlebih dahulu.

Proses pengolahan yang dilakukan kelompok Nuraji menunjukkan pentingnya hilirisasi dalam meningkatkan nilai tambah. Rumput laut yang awalnya hanya dihargai murah per kilogram kini diubah menjadi produk bernilai ekonomi tinggi.
“Untuk agar-agar lembaran, kami jual seharga Rp125 ribu per kilogram. Sedangkan produk yang tidak layak menjadi agar-agar, kami olah menjadi tepung rumput laut dengan harga Rp140 ribu per kilogram,” ungkap Nuraji.

Gunungkidul telah membuktikan bahwa dengan kreativitas dan kerja keras, potensi lokal seperti rumput laut dapat diolah menjadi produk yang memiliki daya saing tinggi di pasar global.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *