Jakarta, Purnawarta – Wacana sterilisasi kawasan Kota Tua dari pedagang kaki lima (PKL) masih belum bisa direalisasikan. Sampai saat ini, para PKL Kota Tua masih lebih memilih berdagang di sepanjang ruas Jalan Kunir.
Pantauan wartawan di lokasi, Sabtu (22/10/2022) pukul 19.30 WIB, puluhan pedagang masih terlihat berjualan di pinggir jalan. Beberapa warga yang melintas berhenti sejenak untuk membeli dagangan mereka.
Arus lalu lintas di sepanjang lokasi terpantau ramai lancar. Beberapa kali terlihat kendaraan memperlambat lajunya.
Tampak petugas Dinas Perhubungan (Dishub) dan petugas Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) berada di lokasi. Namun tak terdengar arahan mereka terkait larangan berjualan di sepanjang Jalan Kunir.
Seorang warga yang meminta namanya diinisialkan NR (27) mengatakan cukup terganggu oleh PKL yang masih berjualan di bahu jalan. Terlebih, karena mereka melakukan ‘korupsi’ ruas jalan yang seharusnya milik pengguna jalan.
“Sebenarnya kalau kata saya sih cukup makan bahu jalan juga ya, karena lihat saja nih mobil, itu cukup satu mobil. Otomatis itu bikin jalanan tambah macet,” kata NR saat ditemui wartawan.
“Terus juga tadi ngelihat di zebra cross sambil makan. Itu kan harusnya milik pengguna jalan. Agak terganggu sih,” sambungnya.
Menurutnya, akan lebih baik jika para pedagang direlokasi ke Lokasi Binaan (lokbin) Kota Intan yang disediakan pemerintah. Dia menyebut, jika para PKL kompak pindah ke lokasi tersebut, tentu akan mendatangkan pembeli juga.
“Saya juga pernah tuh dengar ada lokasi binaan itu, terus saya tadi sempat ngelihat juga di situ ada beberapa lapak. Menurut saya, kenapa nggak di situ aja gitu? Karena di situ tempat dagangnya banyak. Kalau misalnya semuanya serentak, itu sih bakal efektif ya, pembeli juga otomatis bakalan ke sana (Lokbin) juga,” tutur dia.
NR mengkhawatirkan penilaian para turis dan wisatawan yang mungkin datang berkunjung ke kawasan Kota Tua. Dia menyebut bisa jadi hal ini membuat Indonesia terkesan kumuh.
“Jujur, kalau aku malu, apalagi ini berada di pusat kota gitu. Mereka pasti punya ekspektasi yang lebih sama pusat kota di Indonesia sendiri. Kalau kayak gini, takutnya membawa kesan bahwa Indonesia itu kumuh,” ujarnya.