Jakarta, Purna Warta – Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dikabarkan akan menarik dukungannya dari Prabowo Subianto jika Ketum PKB Muhaimin Iskandar atau Cak Imin tidak dijadikan calon presiden.
Wasekjen PKB Syaiful Huda mengatakan hal itu merupakan sebuah konsekuensi logis. Karena PKB menerima mandat Muktamar untuk mengusung Cak Imin menjadi calon presiden atau calon wakil presiden.
“Itu sih karena konsekuensi logis ya, Muktamar memandatkan Gus Imin harus maju dalam Pilpres 2024 baik sebagai capres maupun cawapres,” kata Huda di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (22/8).
Itu merupakan proposal tunggal PKB. Dengan siapapun PKB berkoalisi, Cak Imin harus menjadi capres atau cawapres.
“Kita masih yakinlah Gerindra masih akan ambil Cak Imin sebagai cawapres,” kata Huda.
Kepercayaan diri PKB itu berdasarkan pengalaman Prabowo Subianto kalah dua kali di Pilpres 2014 dan 2019. Kekalahan Prabowo karena kurangnya representasi kader NU. Sementara lawannya Joko Widodo menggunakan representasi nasionalis religius NU seperti ketika menggandeng Ma’ruf Amin di Pilpres 2019.
“Itulah kalau kita refleksikan kenapa Pak Prabowo kalah dua kali pilpres, karena menempatkan cawapres bukan sebagai representasi dan sebagai politik representasi, politik representasi kan isinya kan value sosial value yang ideologis yang punya basis massa yang jelas,” katanya.
“Dan itu yang sampaikan oleh Cak Imin ketika itu, bagusnya Pak Prabowo memang memilih sosok yang ideologis dan kekuatan politik partai yang ideologis, dan itu PKB,” tegas Huda.
Itulah penilaian Wasekjen PKB terhadap keputusan mereka mendukung Prabwo Subianto dengan mengacu pada Pemilu dua periode sebelumnya.