Jakarta, Purna Warta – Mayoritas industri masih didominasi pekerja laki-laki, termasuk di sektor hulu minyak dan gas (migas). Meski demikian, peluang bagi perempuan untuk berkarier di bidang ini tetap terbuka.
Hal ini diungkapkan oleh VP Business Support Pertamina Subholding Upstream Regional Jawa, Mira Tripuspita, dalam diskusi bertajuk “Wonder Women in Oil & Gas Industry” yang berlangsung di Kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya, pada Rabu (09/10).
Mira menyebut salah satu tantangan yang dihadapi perempuan di sektor migas adalah dominasi pekerja laki-laki. Menurutnya, meskipun perusahaan telah menyediakan kesempatan yang setara, banyak perempuan masih menghadapi stigma dan pola pikir yang membatasi.
“Mindset adalah hal terpenting. Perempuan harus percaya bahwa mereka memiliki kemampuan yang tidak kalah mumpuni. Sama dengan keterampilan yang dimiliki laki-laki,” ujar Mira dalam keterangannya, Sabtu (12/10/2024).
Mira juga menyoroti pentingnya mengubah pandangan yang mengharuskan perempuan memilih antara karier atau ibu rumah tangga. Saat ini, perempuan mampu menjalankan keduanya dengan baik.
“Mengapa kita harus terjebak dalam dikotomi ini? Perempuan bisa menjalani keduanya,” tegasnya.
Untuk meningkatkan partisipasi perempuan di industri ini, Mira menjelaskan bahwa Kementerian BUMN telah menetapkan kebijakan target minimum 20% untuk pemimpin perempuan.
“Ini menunjukkan adanya dorongan dari sistem untuk memberdayakan perempuan menjadi pemimpin,” jelasnya.
Namun, ia juga menggarisbawahi bahwa di institusi yang berfokus pada pendidikan teknik, hanya sekitar 20% mahasiswa adalah perempuan, yang menunjukkan perlunya peningkatan partisipasi akademis di bidang ini.
Mira melihat peluang yang luas bagi perempuan dalam industri migas. Menurutnya, diperlukan ketangguhan mental dan keinginan untuk bersaing.
“Jika memiliki mindset yang kuat, saya yakin mereka akan berhasil dan membawa perubahan positif di industri ini,” tutup Mira.