Jakarta, Purna Warta – Bank Indonesia mencatatkan penurunan Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada bulan Oktober 2024. Posisi ULN Indonesia pada Oktober 2024 tercatat sebesar US$ 423,4 miliar, turun dibandingkan posisi pada September 2024 yang mencapai US$ 428,5 miliar.
Baca juga: Rehabilitasi Saluran Irigasi dan Pembangunan Bendungan untuk Mendukung Swasembada Pangan 2027
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Ramdan Denny Prakoso, menyatakan bahwa secara tahunan ULN Indonesia tumbuh sebesar 7,7% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan sebesar 8,5% (yoy) pada September 2024. Penurunan ini terjadi di sektor publik maupun swasta.
Utang Luar Negeri pemerintah Indonesia tercatat sebesar US$ 201,1 miliar pada Oktober 2024, turun dari US$ 204,1 miliar pada September 2024. Secara tahunan, ULN pemerintah mencatatkan pertumbuhan sebesar 8,6% (yoy).
“Penurunan posisi ULN pemerintah bersumber dari turunnya posisi pinjaman dan surat utang. Pemerintah terus berkomitmen untuk menjaga kredibilitas dengan memenuhi kewajiban pembayaran pokok dan bunga utang secara tepat waktu, serta mengelola ULN secara pruden dan akuntabel untuk mendapatkan pembiayaan yang paling efisien dan optimal,” ujar Ramdan.
Sebagai bagian dari pembiayaan APBN, utang luar negeri pemerintah diarahkan untuk sektor prioritas dengan tetap memperhatikan aspek keberlanjutan. Berdasarkan sektor ekonomi, pemanfaatan ULN pemerintah mencakup:
– Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial: 21%
– Administrasi Pemerintah, Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib: 19,1%
– Jasa Pendidikan: 16,8%
– Sektor Konstruksi: 13,5%
– Jasa Keuangan dan Asuransi: 9,1%
“Posisi ULN pemerintah tetap terkendali mengingat hampir seluruh ULN memiliki tenor jangka panjang dengan pangsa mencapai 99,9% dari total ULN pemerintah,” tambah Ramdan.
ULN swasta juga menurun dari US$ 196,7 miliar pada September 2024 menjadi US$ 195,1 miliar pada Oktober 2024. Secara tahunan, ULN swasta mencatat kontraksi pertumbuhan sebesar 1,4% (yoy).
Penurunan ULN swasta terjadi karena kontraksi pada financial corporations sebesar 3,1% (yoy) dan nonfinancial corporations sebesar 0,9% (yoy). Berdasarkan sektor ekonomi, ULN swasta terbesar berasal dari:
– Industri Pengolahan
– Jasa Keuangan dan Asuransi
– Pengadaan Listrik dan Gas
– Pertambangan dan Penggalian
Sektor-sektor ini mencakup 79,3% dari total ULN swasta. Sebagian besar ULN swasta memiliki tenor jangka panjang, mencapai 76,0% dari total ULN swasta.
Baca juga: Gubernur BI Tekankan Pengucapan QRIS dengan Benar: Kris Bukan Kiyuris
Struktur ULN Indonesia tetap sehat dan dikelola dengan prinsip kehati-hatian. Rasio ULN terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) turun menjadi 30,4% pada Oktober 2024, dibandingkan 31,1% pada September 2024. ULN jangka panjang mendominasi, mencakup 84,5% dari total ULN.
“Dalam rangka menjaga agar struktur ULN tetap sehat, Bank Indonesia dan Pemerintah terus memperkuat koordinasi dalam pemantauan perkembangan ULN. Peran ULN juga akan terus dioptimalkan untuk menopang pembiayaan pembangunan dan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional yang berkelanjutan,” tutup Ramdan.