Malang, Purnawarta – Salah satu anggota Komnas HAM (Komisi Nasional Hak Asasi Manusia), Choirul Anam, menjelaskan bahwa gas air mata adalah penyebab utama tragedi di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur.
Tragedi Kanjuruhan itu merenggut 134 nyawa. Chairul juga menyampaikan hal ini perlu diketahui bersama oleh Aremania agar tidak terjadi kesalahan pendapat pada fakta di lapangan.
“Sampai saat ini, kesimpulan kami gas air mata adalah penyebab utama terjadinya Tragedi Kanjuruhan,” kata Choirul di Kota Malang, dikutip dari Antara, Jumat (21/10/2022).
Dia menjelaskan keyakinan bahwa penyebab utama tragedi pascalaga Arema FC melawan Persebaya Surabaya itu adalah gas air mata didukung oleh sejumlah bukti yang dimiliki.
Menurutnya, selain tembakan gas air mata, ada penyebab lain yang menyebabkan ratusan suporter meninggal dunia dalam peristiwa tersebut.
Saat ini, tambahnya, Komnas HAM sedang melakukan penelusuran terkait regulasi yang ada, dengan meminta keterangan dari Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI), PT Liga Indonesia Baru (LIB), dan panitia penyelenggara.
“Spektrum itu yang kami lihat. Jadi ini biar tidak resah semuanya, gas air mata yang ditembakkan ke tribun penonton. Apakah Komnas HAM punya datanya? Punya dokumentasinya? Kami punya,” tegasnya.
Dia menegaskan Komnas HAM juga memiliki video kunci yang bisa menggambarkan posisi gas air mata hingga proses kematian korban. Video tersebut didapatkan Komnas HAM dari korban yang meninggal dunia dalam tragedi itu.
“Kami punya video kunci, terkait itu yang bisa menggambarkan posisi gas air mata sampai proses kematian, yang videonya diambil dari korban. Korban yang meninggal, (ini) clear bagi kami,” jelasnya.
Selanjutnya, Choirul Anam mengatakan data-data tersebut akan dijadikan rekomendasi bagi seluruh pihak yang membutuhkan. Tidak tertutup kemungkinan rekomendasi tersebut akan disampaikan kepada Otoritas Sepakbola Dunia, Federasi Sepakbola Internasional (FIFA), termasuk pihak kepolisian.
Meski demikian, investigasi atas tragedi ini masih terus berlanjut. Bukti-bukti terkait hal ini masih akan terus dikumpulkan hingga dapat menghasilkan kesimpulan yang komprehensif.