PurnaWarta — Israel masih menyerang Gaza, Palestina secara brutal. Pasalnya Israel menyerang pemukiman warga sipil yang mana hal ini menyalahi aturan perang. Hal ini membuat suasana di Gaza menjadi mencekam. Berikut ini bincang-bincang yang dilakukan dengan Muhammad Husein, salah satu warga Indonesia yang tinggal di Gaza.
“Masih mencekam, ya. Masih genting. Masih serangan di mana-mana ini,” katanya saat dihubungi CNNIndonesia.com, Rabu (19/5).
Akibat serangan udara Israel ini, setidaknya 217 orang di Jalur Gaza tewas, 64 di antaranya anak-anak. Hamas juga terus menyerang balik dengan melontarkan roket ke arah Israel, menewaskan 12 orang, termasuk satu anak-anak.
Komunitas internasional pun mendesak kedua belah pihak melakukan gencatan senjata agar tak lebih banyak korban berjatuhan. Namun, Israel dan Hamas masih terus saling serang.
Menurut Husein, serangan udara Israel tak bisa diprediksi berapa menit sekali. Kadang, kata Husein, serangan bisa berlangsung 10-20 detik dan melibatkan banyak jet tempur.
“(Rata-rata sehari) ratusan kali bombardir serangan, bahkan sampai 200 pun (pernah),” katanya.
Kemasifan serangan Israel ini membuat warga di Jalur Gaza tak berani keluar di malam hari. Selain karena ada jam malam, jika keluar barang dua, tiga, atau empat langkah, nyawa mereka pun terancam.
“Jam malam ya kita enggak bisa keluar karena intensitas serangan di malam hari itu jauh lebih besar daripada serangan-serangan di siang hari,” kata Husein.
Pasar hingga pertokoan yang besar juga tutup. Hanya ada warung-warung kecil untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
Selain itu, transportasi publik juga tak beroperasi. Menurut Husein, kendaraan yang bisa digunakan dan aman adalah ambulans.
Sebagai aktivis kemanusiaan sekaligus jurnalis, Husein sudah dua kali melakukan reportase dari Jalur Gaza sejak konflik memanas pekan lalu.
Pertama, ia menumpang kendaraan Kementerian Kesehatan Palestina. Kedua, menggunakan mobil pribadi.
Husein menyadari bahwa menggunakan kendaraan pribadi tidak aman. Ia lantas menempelkan banyak atribut pers agar tak jadi target serangan Israel.
“Enggak (aman). Cuma saya pakai ini ajah; atribut pers, saya tulis, tulisan TV di atas mobilnya. Karena ada beberapa mobil perang yang saling baku tembak, ditarget,” tuturnya.
Sebelum Gaza kembali berkecamuk, Husein sendiri sudah kerap melaporkan kejadian di kawasan tersebut dalam beberapa waktu belakangan.
Ia pertama kali datang ke Palestina sebagai relawan untuk Mer-C, yayasan yang membantu pembangunan rumah sakit Indonesia di sana. Sempat menempuh pendidikan di Universitas Islam Gaza, kini Husen aktif bergerak di bidang kemanusiaan dan jurnalisme di Palestina.
Menurut Husein, saat ini Israel juga menargetkan tempat-tempat ibadah sehingga warga Palestina diimbau untuk beribadah di rumah. Selain itu, pemerintah juga menginstruksikan agar tak sembarang mengangkat telepon.
Kendati demikian, hingga kini kondisi 11 WNI yang Husein ketahui berada di Palestina masih dalam kondisi sehat.
Mereka tak bisa dievakuasi ke tempat lebih aman, lantaran menurut laki laki yang tinggal di Palestina sejak 2010 itu, tak ada lokasi aman di Jalur Gaza.
“Tempat aman di mana? Semuanya berisiko kena bom,” katanya.