Jakarta, Purna Warta – Komjen Rycko Amelza Dahniel selaku Kepala Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT) menjelaskan ada tiga kelompok yang rentan terpapar radikalisme berdasarkan riset BNPT 2023. Ketiga kelompok ini adalah wanita, anak-anak, serta remaja usia 11-26 tahun yang aktif di internet.
“Menurut riset I-Khub Outlook BNPT RI tahun 2023, terdapat tiga kelompok rentan target radikalisasi, yaitu perempuan, remaja, dan anak-anak. Hal ini diperkuat dengan penelitian indeks potensi radikalisme, bahwa potensi terpapar lebih tinggi pada wanita, generasi muda, khususnya Gen Z umur 11-26 tahun dan mereka yang aktif di internet,” kata Rycko Amelza Dahniel dalam pernyataan pers akhir tahun di Sentul, Bogor, Jumat (29/12/2023).
Rycko menerangkan kelompok-kelompok radikal kini sudah mengubah modus perekrutan dan pendekatan. Mereka, kata Rycko, mulai masuk ke ranah politik dan melakukan pendekatan dengan cara lebih lembut.
“Apalagi mereka telah memodifikasi modusnya mulai rekrutmen fund raising hingga mengubah pendekatannya masuk ke ranah politik dan mengubah pendekatan dari ‘hard’ menjadi strategi ‘bullet’ menjadi ‘ballot strategy’,” katanya.
Rycko mengungkap sepanjang 2023 ditemukan 2.670 konten mengandung intoleransi, radikalisme, dan terorisme di media sosial. Sementara itu, katanya, 1.922 konten digital sudah diusulkan untuk diturunkan.
“Sepanjang 2023 terdapat 2.670 temuan konten digital bermuatan ‘iret’: intoleransi radikalisme, dan terorisme, 1.922 diantaranya diusulkan untuk di-take down, sebagian besar terdapat pada Facebook atau Instagram,” kata Rycko.
Rycko mengatakan tidak ada aksi terorisme di Indonesia sepanjang 2023. Rycko menyebut hal tersebut karena penegakan hukum yang tegas dan masif.
“Meski masih terdapat serangan teroris sejumlah negara, sepanjang 2023 tidak ada aksi terorisme di Indonesia. Sebuah indikasi yang menunjukkan membaiknya situasi keamanan di Indonesia,” kata Rycko.
“Ini semua berkat penegakan hukum yang tegas dan masif yang dilakukan oleh Densus 88 Polri didukung dengan TNI,” imbuhnya.
Kendati demikian, lanjut Rycko, pemerintah tetap waspada karena paparan radikal terhadap kelompok rentan masih terjadi. Dia menyebut generasi muda menjadi salah satu target dari kelompok tersebut.
Meski secara praktek di lapangan tidak terjadi tindak radikalisme, namun pemikiran tersebut masih berkeliaran di internet atau di sebagian media sosial. Langkah protektif harus diambil oleh pihak-pihak yang ada di sekitar kelompok yang rentan terpapar ini.