Ini Alasan KCI Tak Impor KRL dari Korsel dan Jepang

Ini Alasan KCI Tak Impor KRL dari Korsel dan Jepang

Jakarta, Purna Warta – Tiga rangkaian KRL baru saja diimpor oleh PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) yang berasal dari perusahaan asal China, CRRC Sifang Co senilai Rp 783 miliar.

Meski begitu, sebelumnya KCI telah memberikan potensi kerja sama dengan negara selain China, termasuk di antaranya Jepang dan Korea Selatan.

Vice President Corporate Secretary KCI Anne Purba mengatakan, pihaknya menerima proposal dari dua perusahaan asal Korea Selatan, Wojin dan Dawonsys. Namun Anne menyebut KRL produksi mereka masih berbahan aluminium, sedangkan mayoritas KRL Commuter Line Jabodetabek saat ini sudah berbahan stainless steell.

“Kalau yang dari Korea mayoritas mereka masih menggunakan aluminium, kalau kita kan sudah stainless steel,” katanya dalam konferensi pers di Kantornya di Jakarta Pusat, Selasa (6/2/2024).

Sementara itu, Anne menyebut terjadi perubahan harga pada proposal milik produsen KRL Jepang J-TREC pada bulan Oktober. Sebelumnya impor 3 KRL di perusahaan tersebut diperkirakan menelan biaya RP 676 miliar.

“Tetapi Oktober ketika proposal yang kami terima dari Jepang ada mengalami kenaikan. Sehingga perlu ada membandingkan dengan yang lain. Ada Korea dua, Wojin dan Dawonsys. Kemudian ada CRRC. Kan kalau pengadaan di perusahaan kita juga bisa merekomendasikan beberapa untuk kita bisa melihat perbandingannya,” jelasnya.

Adapun keputusan memilih impor 3 rangkaian KRL baru dari China adalah karena pertimbangan pemenuhan spesifikasi. Selain itu CRRC Sifang Co., Ltd. juga diklaim menawarkan harga yang lebih kompetitif.

“Dan dari harga juga sangat kompetitif antara 3 negara ini. Tapi range-nya memang seperti itu biayanya. Tapi kan ada pengiriman, ada regulasi dalam negeri dan yang lain sehingga pada saat menerima proposal itu, memang CRRC yang kompetitif,” tuturnya.

Ia menambahkan, CRRC juga sedang bekerja sama dengan 28 negara dalam pengadaan sarana kereta, baik jenis commuter maupun kereta cepat. Pengadaan itu dilakukan di Eropa hingga Asia. Pertimbangan lainnya, CRRC juga menyesuaikan prasarana sesuai kebutuhan di Indonesia.

“AC itu untuk kapasitas teknik di Indonesia, Singapura, Malaysia, china, Jepang, itu berbeda-beda. Ini yang mereka sesuaikan kondisinya dengan Indonesia. Ada beberapa hal termasuk luasan ruang bebas, kemudian penggunaan prasarana dan yang lain itu mereka assessment semuanya,” imbuhnya.

Itulah penjelasan yang dipaparkan pihak PT KCI terkait impor KRL dari China. Semuanya berdasarkan pertimbangan kualitas dan juga harga yang lebih baik.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *