Jakarta, Purna Warta – Asosiasi ojek online (ojol) Garda Indonesia secara tegas menyuarakan penolakannya terhadap rencana merger dua perusahaan ride-hailing terbesar di Indonesia, Gojek dan Grab. Menurut mereka, wacana tersebut berpotensi membawa dampak negatif bagi para mitra driver di seluruh Indonesia.
Penolakan ini disampaikan langsung oleh Ketua Umum Garda Indonesia, Raden Igun Wicaksono, yang sejak awal menentang rencana penggabungan dua raksasa transportasi daring tersebut.
“Secara resmi Presidium Nasional Gabungan Aksi Roda Dua menolak keras mega akuisisi atau merger Gojek dan Grab,” ujar Raden Igun Wicaksono melalui keterangan resmi yang diterima detikOto, dikutip Selasa (13/5).
Igun menegaskan bahwa apabila merger benar-benar terjadi, perusahaan akan melakukan efisiensi besar-besaran. Hal ini dinilai bisa berdampak langsung pada mitra driver yang berisiko kehilangan kemitraannya secara sepihak.
“Cepat atau lambat, aksi merger korporasi akan mengambil langkah efisiensi, maka besar ancaman pemutusan kemitraan sepihak terhadap para mitra pengemudi ojek online dari dua korporasi yang merger ini,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Igun juga menyoroti bahwa kinerja Gojek dan Grab dalam memberikan perlindungan dan jaminan sosial kepada mitra driver masih jauh dari ideal. Oleh karena itu, menurutnya, keputusan untuk merger sangat tidak tepat.
“Lalu juga akan menimbulkan persaingan usaha yang tidak sehat, kemudian terjadinya monopoli dalam bidang usaha ride-hailing di Indonesia,” kata dia.
Kabar mengenai rencana merger antara Grab dan Gojek kembali mencuat setelah diberitakan oleh kantor berita Reuters pada pekan lalu. Dalam laporan tersebut, disebutkan bahwa kesepakatan antara kedua perusahaan kemungkinan akan diumumkan pada kuartal kedua tahun ini.
Reuters melaporkan bahwa Grab, yang bermarkas di Singapura, telah menunjuk penasihat untuk memimpin proses merger ini. Disebutkan bahwa GoTo (Gojek Tokopedia) akan menjual seluruh operasional transportasinya kepada Grab, kecuali divisi keuangannya. Negosiasi ini dikabarkan sudah berlangsung selama lebih dari setahun.
Menurut Euromonitor International, perusahaan analisis data, merger antara Grab dan Gojek akan menghasilkan kekuatan dominan dalam industri transportasi daring Indonesia dengan penguasaan sekitar 85 persen dari pasar yang nilainya diperkirakan mencapai US$ 8 miliar.