Jakarta, Purna Warta – Ikatan Alumni Jamiah Al-Mustafa atau IKMAL bekerjasama dengan Al-Mustafa International University menggelar Seminar Internasional dengan tema, ”Prestasi dan Tantangan Iran dalam Mengimplementasikan Sistem Pemerintahan Berbasis Agama” pada Jumat (24/2). Seminar Internasional yang menghadirkan empat narasumber tersebut berlangsung secara hibrida dan dimulai dari pukul 14.00 waktu setempat.
Baca Juga : Gempa Seminggu Berlalu, UE Cabut Sanksi Suriah untuk Sementara
Seminar internasional yang terbuka untuk umum tersebut, dibuka oleh Direktur Al-Mustafa International University Perwakilan Indonesia Prof. Dr. Hossein Mottaghi. Melalui sambutannya, guru besar Iran ini memaparkan pencapaian Republik Islam Iran selama lebih empat dekade yang dia sebut berkat pertolongan Tuhan, kepemimpinan yang efektif dari pemimpin tinggi Iran dan kegigihan bangsa Iran.
“Pasca revolusi, Iran tidak hanya mencapai prestasi di bidang pendidikan dan penelitian ilmiah dengan semakin diakuinya karya-karya peneliti Iran dan masuk dalam deretan negara termaju dalam bidang sains dan tekhnologi, namun juga berhasil mencapai prestasi mengagumkan di bidang kesehatan, olaraga bahkan pencapaian dalam bidang pertahanan dan keamanan.” Paparnya.
Prof. Mottaghi menambahkan, “Menariknya pencapaian Iran di berbagai bidang tersebut, melibatkan peran perempuan bahkan sampai 60 persen. Dan ini wajar, sebab jumlah mahasiswi di perguruan tinggi memang sampai 60 persen. Fakta ini sangat kontras dengan pemberitaan yang dieskpos media-media Barat yang menyebutkan Republik Islam Iran tidak menyertakan perempuan dalam memberi peran di ruang-ruang publik.”
Prof. Mottaghi juga menyebut, semua pencapaian Iran dari semua prestasi diberbagai bidang pasca kemenangan Revolusi Islam Iran sengaja tidak diberitakan media-media Barat, untuk menutupi keberhasilan bangsa Iran dalam mengimplementasikan sistem pemerintahan berbasis agama. “Saya yakin, para hadirin tidak bisa dengan mudah menemukan data-data dan statistik mengenai keberhasilan Iran di berbagai bidang yang telah saya paparkan, sebab memang semua itu tidak tersaji di media-media sosial yang gampang diakses. Tetapi semua fakta itu baru bisa ditemukan setelah melalui penelusuran yang serius, di situs-situs resmi dan ilmiah.” Ungkapnya.
Baca Juga : Iran Dukung Pembentukan Kelompok Negara Lintas Kawasan Akhiri Konflik Ukraina
Seminar yang dimulai pukul 14.00 wib tersebut menghadirkan empat narasumber, yaitu, Dr. Tim Anderson (Director of Centre for Counter Hegemonic Studies, Australia) sebagai pembicara pertama yang menyampaikan materi dengan tema, “Reaksi Dunia, Khususnya Amerika Serikat dan Sekutu-Sekutunya terhadap Revolusi Islam Iran”.
Narasumber kedua, Dr. Dina Y. Sulaeman (Direktur Indonesia Center for Middle East Studies)/ (ICMES) yang menyampaikan materi “Tantangan Geopolitik Revolusi Islam Iran”. Dr. M. Najih Arramadloni (Sekretaris Badan Penanggulangan Ekstremisme dan Terorisme MUI) hadir sebagai pembicara ketiga dengan menyampaikan materi, “Revolusi Islam Iran dan Geopolitik Timur Tengah: Krisis Suriah”. Serta pembicara terakhir Dr. Asep Kamaluddin Nashir (Ketua Umum Asosiasi Ilmuwan HI) yang menyampaikan “Proyek Nuklir Iran dalam Perspektif Politik Internasional: antara Prestasi dan Tantangan”.
Seminar Internasional yang dimoderatori oleh Ammar Fauzi, Ph.D tersebut digelar di Auditorium Al-Mustafa Gedung STAI SADRA dengan dihadiri kurang lebih seratus peserta dari kalangan akademisi, peneliti dan mahasiswa, termasuk sejumlah mahasiswa Indonesia di Iran yang hadir secara online. Tampak hadir diantaranya, Dr. Khalid al Walid, M.A (Ketua STAI Sadra Jakarta).
Baca Juga : Pembantaian di Nablus, Ribuan Orang Berdemonstrasi di Tepi Barat dan Gaza