Belanda Kembalikan Benda Bersejarah Indonesia, Dipamerkan ke Publik

Belanda Kembalikan Benda Bersejarah Indonesia, Dipamerkan ke Publik

Jakarta, Purna Warta – Galeri Nasional Indonesia malam ini turut dihiasi oleh Arca Prajnaparamita dan empat arca Candi Singasari yang dipamerkan di bagian depan Gedung A Galeri Nasional Indonesia.

Sebanyak 152 koleksi benda bersejarah Indonesia yang dikembalikan Belanda secara bertahap, siap dipamerkan ke publik mulai esok hari. Pameran bertajuk Repatriasi: Kembalinya Saksi Bisu Peradaban Nusantara bakal dibuka pada 28 November hingga 10 Desember 2023 di Galeri Nasional Indonesia, Jakarta Pusat.

Sekretaris Tim Repatriasi Indonesia sekaligus sejarawan, Bonnie Triyana mengatakan pemulangan benda-benda budaya milik Indonesia dari Belanda, memiliki sejarah panjang sejak 1951 ketika Muhamad Yamin menggaungkannya.

“Saat itu, Muhamad Yamin sudah menggugat dan meminta agar Belanda mengembalikan cagar budaya milik Indonesia, sampai mencetuskan Homo Erectus agar pulang kampung, tapi saat itu tidak dikembalikan. Hubungan Indonesia dan Belanda masih up and down, masih panas-dingin,” tuturnya saat tur media di Galeri Nasional Indonesia, pada Senin (27/11/2023) sore.

Setelah hampir dua tahun melakukan dialog dan kerja sama antara Indonesia dan Belanda, akhirnya pada Juli 2023, telah terlaksana penandatanganan kerja sama bilateral di Museum Volkenkunde, Leiden. Sebagai tindak lanjut dari penandatanganan tersebut, pada 17 Agustus 2023, gelombang pertama benda repatriasi yakni 4 arca dari Candi Singosari diberangkatkan ke Indonesia.

Gelombang kedua benda repatriasi diterima pada 9 November 2023, dan gelombang terakhir diperkirakan akan tiba pada akhir 2023.

“Koleksi karya seni Pita Maha dari Bali akan datang Rabu nanti dan segera disimpan terlebih dahulu di gudang Museum Nasional Indonesia,” sambungnya.

Menurut keterangan Bonnie, sejak Juli 2022 pemerintah Indonesia telah mengajukan secara resmi pengembalian dan meminta 8 obyek serta kelompok obyek benda bersejarah dan karya seni segera dikembalikan. Selain 4 arca Singasari, pusaka kerajaan Klungkung, koleksi seni modern Bali, harta jarahan Lombok, tali kekang Pangeran Diponegoro sampai Homo Erectus.

“Secara bertahap koleksi benda bersejarah akan dikembalikan, tapi kita maunya tidak hanya mengembalikan tanpa ada pengetahuan di belakang. Sesuai aturan Komisi Repatriasi dua negara, harus ada produksi pengetahuan supaya bisa ada penelitian bersama dari setiap benda-benda tersebut sehingga bisa menghasilkan pengetahuan budaya baru dan memahami masa lalu kita,” ungkapnya.

Dirjen Kebudayaan Kemendikburistek, Hilmar Farid mengatakan pentingnya ada pameran benda bersejarah ini untuk publik.

“Proses repatriasi ini tidak hanya sekadar pemindahan benda secara fisik, dari museum di Belanda ke museum di Indonesia. Lebih dari itu, hal ini merupakan bagian dari upaya membangun kerja sama penelitian antara peneliti kedua negara, sekaligus penanaman dasar bagi kolaborasi produksi pengetahuan dan perluasan wawasan budaya serta sejarah antara kedua negara,” tukasnya.

Melalui pameran benda bersejarah semacam ini masyarakat dapat lebih menyadari pentingnya mempelajari sejarah.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *