Modus Sekolah Gratis, Berujung Kasus Pemerkosaan 12 Santriwati di Bandung, Berikut Faktanya

Bandung, Purna Warta – Seorang guru di Pondok Pesantren Tahfiz Al-Ikhlas, Yayasan Manarul Huda Antapani & Madani Boarding School Cibiru, Bandung telah melakukan kebejatan (pemerkosaan) terhadap 12 orang santriwati.

Santriwati yang menjadi korban guru sekaligus pengurus Ponpes (bernisial HW) itu merupakan santri yang bertempat di kawasan Cibiru, Bandung.

Kasus yang dilakukan oleh guru Pondok Pesantren berinisial HW tersebut telah terungkap di persidangan.

Kejaksaan Tinggi (Kejati) Jawa Barat telah mengungkapkan bahwa ada 12 santri yang menjadi korban pemerkosaan.

Setelah ditelusuri lebih lanjut, Kejaksaan Tinggi (Kejati) Jawa Barat juga mengungkapkan bahwa korban pemerkosaan guru tersebut masih di bawah umur.

Menurut keterangan dari Dodi Gazali Emil, yang menjadi Kasipenkum Kejaksaan Tinggi (Kejati) Jabar, usia para santriwati yang menjadi korban kebejatan HW itu berusia 13-16 tahun.

Lebih parahnya lagi, pemerkosaan guru pesantren berinisial HW yang baru terungkap baru-baru ini ternyata telah dilakukan berulang kali selama 5 tahun belakangan ini. HW melakukan pemerkosaan selama lima tahun, dari 2016-2021.

Hal itu juga diungkapkan oleh Kejati Jabar bahwa terdakwa telah melakukan tindak asusila terhadap anak sekitar tahun 2016-2021.

5 di antara 12 Santriwati yang menjadi korban telah melahirkan anak, yang totalnya ada 9 bayi dilahirkan.

Sementara masih ada lagi 2 anak yang berada dalam kandungan para korban.

Menurut informasi yang diberikan oleh Plt Asisten Pirdana Umum Kejaksaan Tinggi Jabar, Riyono, hingga persidangan HW digelar, dua anak itu belum lahir.

Tak tanggung-tanggung, ternyata pelaku juga melakukan aksi kejinya itu di berbagai tempat berbeda, antara lain apartemen TS, Hotel PP, Hotel BB, Hotel N, Hotel R, Yayasan KS, Yayasan pesantren TM, dan PesantrenMH

Sempat ada kecurigaan penduduk sekitar bilamana mereka melihat para santriwati sering berada dalam ketakutan.

Menurut penuturan warga yang tinggal persis di depan pondok santriwati itu mengaku sering melihat santri yang ketakutan dan langsung masuk ketika HW pulang.

Kecurigaam tersebut diperkuat oleh bukti lainnya, para warga melihat keberadaan anak-anak balita yang menurut warga berparas mirip HW.

Padahal, usia balita-balita yang dilihat oleh warga itu tampak sepantaran. Hal itu mengundang tanya dari kalangan warga sekitar.

Kemudian, alasan mengapa para korban tak mau ungkap kekejian tersebut karena mereka diiming-imingi dengan cita-cita menjadi polisi wanita hingga dibiayai kuliahnya.

Tidak hanya itu, HW juga menjanjikan korban menjadi pengurus pondok pesantren apabila para santriwati itu memenuhi hawa nafsu HW.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *