Purna Warta – Dua warga Demak, Jawa Tengah, meminta maaf setelah sempat mempublikasi kabar rumah sakit swasta sengaja menetapkan status positif Covid kepada seorang pasien yang merupakan anggota keluarganya. Kabar yang dipublikasi di media sosial itu dianggap sebagai hoaks.
Permintaan maaf itu sekaligus upaya mediasi yang dilakukan Polres Demak. Pihak RS menerima permohonan maaf dari keluarga pasien.
“Keduanya sama-sama punya iktikad baik dan penyelesaian, jadi kami buka ruang mediasi. Semua bergantung pada pelapor dan terlapor,” ungkap Kasat Reskrim Polres Demak AKP Agil Widiyas Sampurna, Selasa (10/8).
Kasus ini terjadi pada awal Juli lalu, saat itu Denny Andrean dan ibunya bernama Theresiana, mengunggah status di media sosial. Dia mengabarkan bahwa saudaranya, SP, dipaksa masuk ruang isolasi oleh Rumah Sakit Pelita Anugerah di Demak meski belum terkonfirmasi positif Covid-19.
Unggahan akun medsos itu turut menandai (mention) akun Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dengan tujuan agar diperhatikan dan memberikan sanksi kepada pihak Rumah Sakit.
Pernyataan di akun tersebut akhirnya menuai reaksi. Pihak Rumah Sakit Pelita Anugerah yang merasa dirugikan mengadu ke Polres Demak atas tuduhan pencemaran nama baik dan penyebaran berita bohong di media sosial yang dapat dijerat dengan UU ITE.
Tim Reskrim Polres Demak menindaklanjuti laporan ini dan melakukan penyelidikan. Hasilnya, polisi memastikan tindakan yang dilakukan Rumah Sakit Pelita Anugerah telah menjalankan standar prosedur yang tepat.
Aduan dari Rumah Sakit pun langsung ditingkatkan menjadi Laporan Polisi untuk dilakukan penyidikan.
Proses hukum yang dilakukan Rumah Sakit Pelita Anugerah membuat pemilik dan penulis akun yakni Denny Andrean dan keluarganya meminta maaf kepada manajemen Rumah Sakit Pelita Anugerah.
Pengawas Internal RS Pelita Anugerah, Andreas Pisik berharap kasus ini bisa menjadi pembelajaran untuk masyarakat dalam menyikapi persoalan di rumah sakit di masa pandemi. Dia minta masyarakat hati-hati sebelum mengabarkan peristiwa, terlebih di media sosial.
“Kami ingin semuanya baik-baik. Sebenarnya kami sangat terganggu dan rugi, di tengah langkah berjuang kami serius membantu menangani Covid malah dituduh dianggap yang tidak-tidak. Tapi ya sudahlah, semua bisa diselesaikan secara kekeluargaan. Semoga tidak ada kejadian sama terulang di tempat lain,” kata Andreas.
(cnnindonesia)