PurnaWarta – Mawi (74), mantan pemburu harimau, tanpa alas kaki membantu LSM konservasi mencari jerat kawat yang dipasang para pemburu di Taman Nasional Kerinci Sebelat (TNKS), Sumsel. (ANTARA FOTO/NOVA WAHYUDI)
Kakek 11 cucu itu mengaku sudah menangkap ratusan harimau sejak jadi pemburu pada 1974. Mawi hanya berbekal satu korek api berbahan bakar minyak, sebilah pisau kecil, dam sling baja, dalam perburuannya selama berbulan-bulan. (ANTARA FOTO/NOVA WAHYUDI)
Cara menangkapnya, Mawi meletakkan sling baja di jalur lintasan harimau di dalam hutan. Teknik tradisional itu bisa memakan waktu berhari-hari hingga berbulan-bulan. (ANTARA FOTO/NOVA WAHYUDI)
Mawi, yang tak memiliki ladang atau kebun serta pekerjaan tetap, mengaku terpaksa menjadi pemburu harimau saat itu karena tak punya pilihan lain untuk menghidupi anak dan istrinya. (ANTARA FOTO/NOVA WAHYUDI)
Dia menjual harimau yang didapatkan kepada pengepul dengan cukup murah bila dibandingkan risiko bertaruh nyawa. Harimau pertama yang ditangkap pada 1974 dilego Rp25 ribu. “Kalau sekarang mungkin sudah sampai Rp80 juta,” ungkap Mawi.LSM Lingkar Inisiatif, yang merupakan organisasi pemerhati kejahatan satwa liar, mencoba merangkul Mawi dengan memberikannya edukasi serta membuka lapangan kerja baru. (ANTARA FOTO/NOVA WAHYUDI)