Purna Warta – Bulan Rajab dikenal dalam sejarah Islam sebagai bulan kelahiran Imam Ali bin Abi Thalib a.s. saudara sepupu sekaligus menantu Rasulullah s.a.w. Ia tercatat lahir pada 23 tahun sebelum Hijrah – tahun 40 H/661). Imam Ali dikenal sebagai imam pertama seluruh mazhab Syiah dan khalifah keempat dari empat Khulafa al-Rasyidin di kalangan Ahlusunah. Redaksi akan menerbitkan beberapa artikel terkait Imam Ali a.s untuk lebih mengenal mengenai sosok, kepribadian dan keutamaan beliau.
Pria Pertama yang Beriman
Tanggal 27 Rajab, 13 tahun sebelum H, Nabi Muhammad Saw telah diutus sebagai penyampai risalah Ilahi, pada usia 40 tahun. Imam Ali bin Abi Thalib, pada usia 10 tahun telah mengumumkan keimanan atas kenabian Muhammad Saw.
Pembelaan dan Pengorbanannya pada Nabi Saw
Imam Ali a.s. selama tiga tahun di Si’ib Abi Thalib menggantikan posisi Nabi Saw di tempat tidur beliau, yang setiap saat akan mengancam jiwanya. Jiwanya menjadi tebusan demi kebenaran risalah Nabi Saw di malam persembunyian (mabit). Oleh karena itu, turunlah ayat: “Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridaan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya.” (QS. al-Baqarah: 207)
Pembelaan dan pengorbanan Imam Ali a.s. atas Nabi Saw, sebagai perisai atas jiwa beliau dan tidak pernah dilakukan oleh seseorang pun sebelumnya.
Pembuka Kemenangan dan Pahlawan di Medan Perang
Dalam perang Badar, telah terbunuh di tangan Imam Ali a.s. 36 pasukan Arab dan pemimpin mereka, Utbah. Dalam perang Ahzab (Khandaq), pahlawan terbesar jazirah Arab, Amr bin Abdi Wud telah terbunuh dengan pedang beliau. Terbunuhnya Amr bin Abdi Wud merupakan pembuka kunci kemenangan bagi laskar Islam. Hingga Nabi Saw bersabda: “Pukulan Ali di perang Khandaq lebih utama dari ibadahnya seluruh jin dan manusia.” Di Khaibar, beliau mendobrak dan mencopot pintu benteng Khaibar dengan kekuatannya sendiri.
Pelopor Pemerintahan atas Dasar Keadilan
Dalam referensi catatan sejarah Barat, seorang cendekiawan berkebangsaan Inggris Korloir mengatakan: “Pemerintahan berlandaskan keadilan dan kebebasan tidak pernah dapat disaksikan di antara para pemimpin, selain empat tahun sembilan bulan (zaman kepemimpinan Ali bin Abi Thalib). Selama pemerintahannya, beliau a.s. memperlakukan secara adil baik kepada Thalhah, Zubair, ataupun Ibnu Muljam. Pembagian Baitul mal dilaksanakan dengan adil. Mengingatkan saudaranya, Aqil, untuk memberikan kebebasan dalam perkara baiat terhadap beliau a.s. Ketika itu Abdullah bin Umar mencegah seseorang berbaiat terhadap beliau as. Ali as berkata: “Berilah kebebasan atas baiat, tak seorang pun yang berhak memaksakan baiat terhadap orang lain.”
Menjaga Kemandirian
Dalam musyawarah enam anggota dewan (Syura), telah terjaga kemandirian beliau a.s. Untuk berbaiat kepada beliau, Abdullah bin Auf mengajukan syarat: “Saya akan berbaiat kepadamu selagi berdasarkan Kitabullah, sunah Rasul-Nya yang mulia, dan sunah dari dua syekh.” Ali a.s. berkata: “Saya menerima baiatmu berdasarkan Kitabullah, sunah Rasul-Nya yang mulia, dan ijtihadku sendiri.”
Akhlak Mulia
Tentang kedermawanan dan pengorbanan beliau a.s., hal itu tertera dalam ayat: “Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan salat dan menunaikan zakat dalam keadaan rukuk (kepada Allah).” (QS. al-Maidah: 55)
Imam Ali as melaksanakan salat setiap hari seribu rakaat. Dalam hal ilmu, beliau adalah pemberi peringatan yang tidak terbantahkan. Disebutkan dalam hadis: “Bertanyalah kepadaku, sebelum kalian kehilangan aku.”