Purna Warta – Penghancuran Baqi mengisyaratkan sebuah peristiwa dimana orang-orang wahabi setelah mengepung kota Madinah pada tahun 1344 H menghancurkan pemakaman Baqi dan bangunan-bangunannya, antara lain adalah makam-makam suci Imam Hasan as, Imam Sajjad as, Imam Baqir as dan Imam Shadiq as. Dengan berlandaskan fatwa lima belas orang mufti Madinah yang melarang didirikannya bangunan di atas kubur dan keharusan merusaknya, mereka melakukan dua kali penghancuran tempat-tempat dan banguanan-bangunan Baqi’; pertama kali pada tahun 1220 H/1805 dan yang kedua pada tahun 1344 H/1922. Penghancuran Baqi memicu protes masyrakat dan sejumlah besar ulama di Iran, Irak, Pakistan, Uni Soviet dan negara-negara lain. Sangat banyak orang Syiah yang mengadakan majelis duka sebagai hari al-Hadm (penghancuran) pada tanggal 8 Syawal untuk memperingati penghancuran pemakaman Baqi.
Kuburan Baqi
Baqi (Jannatul Baqi) adalah kompleks pemakaman Islam pertama dan tertua di kota Madinah yang didalamnya dimakamkan sebagian keluarga Rasulullah saw, empat dari Aimmah as dan sebagian besar dari sahabat Nabi saw serta sejumlah tabi’in (generasi setelah sahabat). Dulunya, makam Aimmah as dan sebagian besar tokoh Islam yang berada di pemakaman ini dibuatkan kubah dan bangunan diatasnya. Namun dalam salah satu serangan kelompok Wahabi ke Madinah, kubah dan bangunan-bangunan tersebut dihancurkan.
Sejarah Penghancuran Baqi
Dengan munculnya Wahabi di Hijaz yang berasal dari kepercayaan Ibnu Taimiyah mereka menganggap bahwa membangun kuburan dan berziarah kubur bertentangan dengan tauhid dan mereka mengincar kuburan yang ada diberbagai kota Hijaz untuk dihancurkan. Pada tahun 1220 H/1805 Wahabi mengepung kota Madinah. Setelah menyerah, Saud bin Abdul Aziz memerintahkan untuk menghancurkan kubah-kubah yang ada di pemakaman Baqi dan juga merampas dan menyita semua kekayaan yang ada di kas haram Nabawi.
Wahabi adalah kelompok pertama kali yang dengan menggunakan dalil-dalil agama, menghancuran kuburan-kuburan dan kubah-kubah. Kadang-kadang selain Wahabi, dengan alasan adanya kitab-kitab yang mengecam para khalifah di pemakaman Baqi, mereka berusaha untuk menghancurkan pusara-pusara itu, namun tidak berhasil.
Wahabi di samping berkonsentrasi untuk menghancurkan pusara-pusara dan kubah-kubah yang ada di Mekah dan Madinah juga menghancurkan pemakaman-pemakaman di Thaif, Jeddah, Karbala dan tempat-tempat lainnya.
Pusara para Imam yang empat dan juga kubah Sayidah Fatimah sa (yang dikenal dengan Baitul Ahzan adalah yang pertama kali dihancurkan dengan kerusakan yang sangat parah). Berdasaran laporan Abdurahman Jabarati, kekuatan Wahabi setelah satu tahun setengah pengepungan dan menciptakan kekeringan, memasuki kota Madinah dan menghancurkan semua pemakaman-pemakaman yang ada dan hanya menyisakan pusara Nabi Muhammad saw.
Pemerintahan Utsmani mengirimkan pasukan untuk menguasai Madinah dan pada bulan Dzulhijjah 1227/1812 berhasil merebut kembali kota Madinah. Sebagian dari kubah-kubah itu pada tahun 1234/1818-19 dengan perintah Sultan Mahmud Tsani (1223 H/1808-1255 H/1839) dibangun kembali. Hal ini sebagaimana diisyaratkan dalam laporan sejarah mengenai adanya kubah setelah beberapa tahun itu. Diantara orang-orang yang melihat dan melaporkan kondisi pusara Imam adalah anak-anak Abbas Mirza Qajar, Na’ib al-Saltanah yang dalam perjalanan hajinya pada tahun 1297/1880 pergi ke Madinah dan berziarah ke pusara para Imam as dan Bait al-Ahzan. Ia mengabarkan tentang adanya lebih dari sepuluh bangunan dan makam di Baqi. Pusara para Imam as yang empat memiliki menara dan pada sebelah kiri terdapat dzarih (makam yang dipagari) kayu berwarna hijau yang mengelilingi makam Aimah. Baitul Ahzan terletak dibelakang kubah para Imam.
Safar Nameh Haj Ayazkhan Qasyqa’i pada tahun 1341 H/1922-23, yaitu 2 tahun dan beberapa lama sebelum penghancuran (1344 H/1926) berisi tentang laporan bangunan-bangunan yang ada di pemakaman Baqi. Menurutnya, para Imam empat itu berada di bawah satu kubah, namun dapat diketahui identitas masing-masing makam itu. Ayazkhan juga mengisahkan tentang kubah-kubah yang menaungi makam-makam Ibrahim putra Nabi saw, Ja’far Thayyar, Shafiyah (bibi Nabi) dan ‘Atikah (suadari Shafiyah), Ummul Banin (ibu Abbas), dan beberapa orang lagi dari keluarga Bani Hasyim yang berada di gang, dekat dengan pemakaman Baqi. Nampaknya ia adalah peziarah Iran terakhir yang mengunjungi Baitul Ahzan di pemakaman Baqi.
Wahabi kembali menyerang pada tahun 1344 H/1926, dalam penyerangan ini makam Rasulullah saw dan sebagian besar situs-situs sejarah islam mengalami kerusakan sehingga membangkitkan kemarahan kaum muslimin diseluruh penjuru dunia. pada bulan suci Ramadhan di tahun tersebut, mufti wahabi yaitu Syaikh Abdullah Bulaihad datang ke Madinah dan dia mempersiapkan penghancuran kuburan berdasarkan akidah wahabi, oleh karena itu pemakaman Baqi dihancurkan pada 8 Syawal tahun itu juga.
Alasan Penghancuran
Pada tanggal 8 Syawal tahun 1344 H/1926 Semua situs-situs sejarah pemakaman ini dihancurkan berdasarkan fatwa dari Syaikh Abdullah Bulaihad, hakim ketua Saudi, dengan alasan syirik dan bid’ah ziarah kubur. membangun kuburan berdasarkan keyakinan umat islam secara umum baik syiah maupun sunni tidak bertentangan dengan akidah islam dan menziarahi kuburan para ulama dan kaum mukminin adalah suatu amalan yang mustahab dan telah ada semenjak zaman dahulu dalam tradisi islam.
Protes Kaum Muslimin
Tempat-tempat dan bangungan-bangunan di Baqi, di samping memiliki nilai-nilai keagamaan juga memiliki nilai-nilai sejarah dan menunjukkan identitas sejarah bagi kaum Muslimin. Oleh itu, penghancuran Baqi, menyulut kemarahan kaum Muslimin secara meluas dan sebagian negara-negara Islam mengadakan aksi protes atas tindakan tersebut.
Penghancuran Baqi dan tempat-tempat suci dan sejarah di Hijaz mengundang kemarahan, kebencian dan kekhawatiran kaum Muslimin. Sangat banyak perwakilan-perwakilan politik dan keagamaan negara-negara Islam yang bereaksi keras atas perilaku Wahabi ini. Tak lama setelah penghancuran itu, bahkan orang-orang yang juga merupakan bagian dari Wahabi dan Saudi Arabia menentang pemimpin mereka sendiri dan mulai mengutuk tindakan radikal mereka.
Dari negara-negara jauh dan dari kota-kota yang jauh maupun dekat mengadakan berbagai bentuk aksi protes terhadap penghancuran kubah-kubah dan tempat-tempat suci. Rakyat Adzerbeijan, Uni Soviet, Uzbekistan, Turkemenistan, Iran, Turki, Afghanistan, Irak, Cina, Mongolia, dan India dalam surat-surat dan tulisan-tulisan mereka sangat menyesalkan dan mengutuk tindakan itu serta menyerukan untuk mengakhiri tindakan keji itu.
Sayid Abul Hasan Isfahani dan ulama-ulama lain, para ulama Najaf dan Qum memprotes keras terhadap tindakan wahabi ini. Dikabarkan bahwa laporan atas penghancuran pemakaman Baqi membuat Ayatullah Hairi, pendiri Hauzah Ilmiah Qum menangis di mimbar pelajarannya hingga ia meliburkan pelajarannya. Pedagang di pasar Qum juga menutup pasar mereka.
Dalam Konferensi Islami di Karachi, ulama seperti Muhammad Husain Kasyif al-Ghita dan Muhammad Taqi Thaliqani wakil Ayatullah Burujerdi berbincang-bincang dengan perwakilan Arab Saudi dan menekankan supaya membangun kembali pemakaman Baqi.
Pemerintah Iran pada tanggal 16 Safar tahun 1344/1926 mengadakan acara berkabung nasional karena adanya penghancuran pemakaman Baqi dan mengumumkan hari duka nasional. Ayatullah Mudarris di parlemen Iran menyerukan untuk menangani kasus ini. Parlemen Iran membentuk komisi khusus untuk menyelidiki masalah ini. Kaum Muslimin di negara-negara seperti: Pakistan, India, kota-kota di Rusia dan tempat-tempat lain mengadakan aksi protes dan melayangkan surat untuk mengecam tindakan keji ini. Saudi guna mencegah kemarahan kaum Muslimin diberbagai belahan dunia dan untuk mencari pembenaran atas tindakan kejinya merusak tempat-tempat agama, mengundang utusan-utusan negara-negara Islam ke Mekah. Dari Iran diutus Ghaffarkhan Jalal al-Saltana, menteri Mukhtar Iran di Mesir, Habibullah Khan Huwaida pada tanggal 24 Jumadil akhir, 1344 H/9 Januari, 1926 sampai di Jedah. Namun dengan tidak adanya tindakan serius dari utusan-utusan negara Islam, sehingga maka masalah itu didiamkan begitu saja.
Habibullah Khan Huwaida dalam perjalanannya ke Hijaz bertemu dengan Abdul Rahman bin Saud. Menurutnya, Abdul Aziz berkata bahwa ia melemparkan tanggung jawab atas pengrusakan pemakaman suci Baqi ke orang-orang badui jahil dan ia berlepas diri dari tindakan ini.
Di Iran, para anggota majelis Syura Islami mengadakan aksi protes ke Arab Saudi dan dengan membentuk komite, mengutus komite ini ke Hijaz untuk menyelidiki permasalahan itu pada tahun 1304 S.
Dalam surat kabar dan media-media cetak diterbitkan rencana-rencana diplomasi dalam menghadapi Arab Saudi.
Diberitakan bahwa Ayatullah Burujerdi mengirim utusannya, Muhammad Taqi Taleqani untuk pergi ke Madinah guna menyelidiki persoalan ini. Sayid Muhsin Amin pergi ke Hijaz untuk melihat kondisi di sana dan hasil penelitiannya ditulisnya dibuku Kasyf al-Irtiyāb. Demikian juga para fuqaha memfatwakan pentingnya dibangun kembali Pemakaman Baqi.
Sebagian orang-orang yang menunaikan ibadah haji dan tokoh-tokoh politik Iran yang datang bersamaan atau setelah penghancuran pemakaman Baqi berada di Hijaz, menceriterakan keadaan menyedihkan yang menimpa pemakaman Baqi.
Melihat Baqi dalam situasi ini, menyebabkan hati para peziarah menjadi sedih. Mereka disamping menceriterakan kesedihannya, juga mengharap pembangunan kembali kubah Baqi dalam buku kenangan mereka.
Orang-orang Barat setelah melihat penghancuran makam ini juga melaporkan kondisi Baqi. Sir Harford dalam kenangannya mengisyaratkan adanya penghancuran kubah-kubah para Imam Baqi dan penjarahan batu permata pusara Nabawi. Ritter menyamakan tindakan brutal Wahabi dengan bencana gempa yang meluluhlantakkan bumi. Donaldson juga menceriterakan keadaan memilukan yang menimpa pemakaman Baqi.
Tidak adanya upaya rekonstruksi tempat-tempat yang rusak oleh Arab Saudi selama bertahun-tahun membuat Iran tidak mau mengakui kedaulatan Arab Saudi dan setelah itu, hingga waktu yang lama masalah ini menyebabkan hubungan yang tidak baik antara kedua negara itu.
Laporan Tertulis
Reaksi lain dari penghancuran pemakaman Baqi adalah tulisan buku dan risalah tentang hukum fikih bangunan di atas kuburan. Muhammad Jawad Balaghi dalam risalah Rad al-Fatwa bihadam Qubur Aimah fi al-Baqi menjadi landasan bagi Wahabi atas diperbolehkannya menghancurkan pemakaman Baqi.
Demikian juga penulisan tentang kitab-kitab yang berisi laporan kesedihan penghancuran pemakaman Baqi, misalnya Abdul Razaq Musawi Muqaram menuliskan laporan lengkap mengenai kejadian pada 8 Syawal 1343 H pada kitab Tsamin Syawal.
Pada kitab Al-Baqi Qisah Tadmir Al Su’ud lil Atsar al-Islamiyah karya Yusuf Hajari dan Qubur Aimah al-Baqi al-Gharqad karya Hasan Ali menuliskan tentang proses penghancuran kubah para Imam as di pemakaman Baqi. Kitab Baqi al-Gharghad karya Al Burghani melaporkan tentang serangan sejarah penyerangan pertama kali Wahabi ke Madinah dan penghancuran pemakaman Baqi. Reaksi kesedihan kaum Muslimin atas tindakan keji Wahabi ini membuat kepiluan hati kaum Muslimin yang dituangkan dalam bentuk syair. Sangat banyak penyair yang menyatakan penentangannya dengan penghancuran pemakaman Baqi melalui syair-syair mereka.
Kondisi Baqi pada Masa Sekarang
Pada masa sekarang tanda-tanda pusara empat Imam Syiah dan sahabat-sahabat pada permulaan Islam di Baqi hanya ditunjukkan oleh sebongkah batu, tidak lebih. Keadaan Baqi jika dibandingkan pada masa penghancuran, meskipun terdapat bentuk yang lebih teratur, namun pemerintah Saudi tidak mau memperhatikan keadaan pemakaman Baqi. Kaum Muslimin, khususnya pengikut Syiah tidak akan melupakan kejadian pahit penghancuran ini. Pada masa sekarang pun, ketika mereka bepergian ke kota Madinah, mereka berziarah pusara-pusara pemuka agama yang telah dirusak itu sambil mengungkapkan rasa kekesalannya atas penghancuran pusara-pusara itu.
Kira-kira 40 tahun setelah peristiwa ini, pemerintah Arab Saudi karena usaha dan upaya ulama Syiah yang dipelopori oleh Syaikh Kasyif al-Ghita dan pemantauan Amir A’lam, Duta Besar Iran untuk Hijaz, dibangun atap di samping pusara-pusara suci ini dan juga dibangun jalan beralas semen bagi pejalan kaki yang akan menziarahi pemakaman Baqi.
Pada masa pemerintahan Raja Fahd tembok Baqi kembali dibangun dan pada tahun 1418 H/1997-98 – 1419 H/1998-99 jalan-jalan di pemakaman Baqi diaspal demi untuk memudahkan peziarah. Pada masa sekarang ini, kantor Amar Ma’ruf Nahi Mungkar berada tepat di dekat pintu utama pemakaman Baqi untuk mencegah peziarah mengambil berkah dan berziarah dari pemakaman Baqi.
Sumber: Wiki Syiah