PurnaWarta — Salah satu dampak negatif dari aplikasi yang memacu masyarakat untuk membuat konten adalah pemikiran di luar akan sehat yang bisa membahayakan si pembuat konten. Misalnya saja dengan konten stop truk yang sudah memakan banyak korban.
Dilansir dari Kaskus, Konten stop Truk memang meresahkan, bahkan sudah banyak korbannya yang tewas namun anehnya hal ini terjadi dan terus terjadi. Berarti ada yang salah dalam pikiran pembuat konten ini yang notabene anak-anak muda, logikanya masih muda itu pikiran harus terbuka dan cemerlang tetapi ini kok sebaliknya.
Memang sejak sekolah terimbas pandemi, banyak anak-anak semakin merajalela kebodohannya karena tidak belajar teratur dengan baik. Bahkan, bisa dibilang pekerjaan mereka tak bisa lepas dari smartphone.
Dengan adanya smartphone memang bagai pedang bermata dua, bisa bagus bisa juga sebaliknya. Terlebih dengan adanya TikTok dan Youtube, dimana yang ramai disukai publik adalah konten aneh, unik, nyeleneh dan bisa bikin ketawa.
Dibandingkan konten histori, konten DIY, konten konspirasi, konten ilmu dan teknologi, dan banyak konten bermanfaat lainnya yang sepi peminat.
Otomatis konten yang unfaedah lebih digemari, termasuk konten memberhrntikan truk ketika sedang melaju dalam kecepatan sedang.
Namun di Jalan Otto Iskandardinata, Gerendeng, Kota Tangerang, Banten. Seorang supir truk tak bisa menahan laju kendaraannya dan menyebabkan seorang bocah tewas ditempat terlindas oleh truk tersebut.
Tapi, ketika diperiksa oleh Polisi pengemudi tidak dijadikan tersangka. Karena hal ini terjadi bukan kesalahan sang supir, jadi hal itu diakibatkan perbuatan yang disengaja.
Alias sang anak ingin membuat konten, dan resikonya jelas bunuh diri. Jadi kalau sudah tahu akan resikonya lalu mati, tidak bisa menjadikan orang lain sebagai tersangka namun hanya sebagai saksi.
Karena hanya sebagai saksi, maka supir truk hanya wajib melapor ke Polres Metro Tangerang Kota. Tidak ada penahanan yang dilakukan, lantas bagaimana dengan bocah yang tewas?
Tentu keluarganya berduka, pemakaman juga dilakukan tanpa diliput media hingga berminggu-minggu. Apalagi disambut hangat para warga ketika iring-iringan melintas, bahkan netizen nyinyir pun terdiam, bingung mau coment apa.
Mau nyinyir ke si korban juga sudah meninggal, jadi turut berbela sungkawa apalagi pemakamannya tidak diberitakan media jadi ya terkesan sepi.