Sebar Fitnah, Para Sahabat Raja Iri Atas Hubungan Raja dan Abu Nawas

ilustrasi Abu Nawas

PurnaWarta — Kisah Abu Nawas adalah kisah yang sangat unik dan asyik untuk diikuti. Kali ini, kisah di bawah ini tidak kalah asyik untuk dibaca bareng-bareng. Yuk kita baca bersama!

Suatu hari Abu Nawas melarang karib setianya untuk rukuk dan sujud dalam salat. Suatu dan hal ini sampai pada telinga Khalifah Harun Al-Rasyid sehingga ia marah besar pada Abu Nawas. Harun Al-Rasyid ingin menghukum mati Abu Nawas setelah menerima laporan bahwa Abu Nawas mengeluarkan fatwa tidak mau rukuk dan sujud dalam salat.

 

Terlebih, Harun Al-Rasyid juga mendengar bahwa Abu Nawas mengatakan bahwa dirinya khalifah yang suka fitnah. Khalifah Harun Al-Rasyid mulai terpancing saat para pengikutnya mengatakan bahwa Abu Nawas layak dipancung karena telah melanggar syari’at Islam dan menyebar fitnah. Pasa saat itu Khalifah Harun Al-Rasyid mulai gelisah, ia ingin bertemu Abu Nawas untuk klarifikasi.

 

Abu Nawas pun dibawa ke istana untuk menghadap Khalifah Harun Al-Rasyid. Pada saat itulah Khalifah bertanya tentang kebenaran kabar yang didengarnya.

 

“Hai Abu Nawas, benarkah kamu berpendapat bahwa tidak ada rukuk dan sujud dalam salat?” tanya Khalifah Harun Al-Rasyid ketus.

Setelah pertanyaan itu dilontarkan, Abu Nawas pun langsung menjawab dengan tenang “Benar, saudaraku.”

 

Mendengar jawaban Abu Nawas, Khalifah kembali bertanya dengan suara yang lebih tinggi.

 

“Benar kamu berkata kepada masyarakat bahwa aku, Harun Al-Rasyid adalah khalifah yang suka fitnah?” tanya Harun Al-Rasyid.

 

Abu Nawas menjawab, “Benar, saudaraku.”

 

Mendengar jawaban Abu Nawas itu Harun Al-Rasyid berteriak dengan suara yang menggelegar.

“Kamu memang pantas dihukum mati karena melanggar syari’at Islam dan menebarkan fitnah tentang khalifah!” ujar Harun Al-Rasyid dengan nada tinggi.

 

Abu Nawas tersenyum seraya berkata, “Saudaraku, memang aku tidak mengelak bahwa aku telah mengeluarkan dua pendapat tadi, tapi sepertinya kabar yang sampai padamu tidak lengkap. Kata-kataku dipelintir, dijagal, seolah-olah aku berkata salah.”

 

Khalifah berkata ketus, “Apa maksudmu? Jangan membela diri, kau telah mengaku dan mengatakan bahwa kabar itu adalah benar.”

 

Abu Nawas kemudian beranjak dari duduknya dan menjelaskan dengan tenang, “Saudaraku, aku memang berkata rukuk dan sujud tidak perlu dalam salat, tapi dalam salat apa? Waktu itu aku menjelaskan tata cara salat jenazah yang memang tak perlu rukuk dan sujud.”

 

“Bagaimana soal aku yang suka fitnah?” tanya Khalifah Harun Al-Rasyid.

 

Abu Nawas menjawab dengan senyum, “Kalau itu, aku sedang menjelaskan tafsir ayat 28 surat Al-Anfal, yang berbunyi ketahuilah bahwa kekayaan dan anak-anakmu hanyalah ujian bagimu. Sebagai seorang khalifah dan seorang ayah, anda sangat menyukai kekayaan dan anak-anak, berarti anda suka ‘fitnah’ (ujian) itu.”

 

Mendengar penjelasan Abu Nawas yang sekaligus bernada kritikan, Khalifah Harun Al-Rasyid tertunduk malu. Ia lantas menyesal dan sadar. Rupanya, kedekatan Abu Nawas dengan Harun Al-Rasyid menyulut iri dan dengki di antara pengikut-pengikutnya.

 

Abu Nawas memanggil Khalifah dengan “Ya Akhi” (saudaraku). Hubungan di antara mereka bukan antara tuan dan hamba. Pengikut-pengikut khalifah yang menghasut, ingin memisahkan hubungan akrab tersebut dengan memutarbalikkan berita.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *