PurnaWarta — Peristiwa kritikan yang dilontarkan oleh BEM UI pada presiden Indonesia Joko Widodo menjadi perbincangan hangat di dunia maya. Bagi kalian yang ketinggalan atau masih belum tahu, kali ini kami akan berikan rangkuman singkat mengenai hal ini.
Pendiri Drone Empirit and Media Kernels Indonesia, Ismail Fahmi Ismail mengatakan selama tiga hari terakhir, kritik BEM UI terhadap Presiden Jokowi telah mendapatkan respons pro dan kontra yang cukup luas.
Ia kemudian menganalisis berdasarkan kata kunci atau keywords yakni UI, bemui_official. Selain itu lewat filter percakapan BEM, mahasiswa, dosen, rektor dan bemui_official selama periode 26 hingga 28 Juni 2021, di berita online dan Twitter.
Menurut Ismail percakapan terkait isu tersebut mulai naik di Twitter sejak 26 Juni 2021, seiring dengan munculnya cuitan BEM UI berisi meme kritik.
“Hari berikutnya tren terus naik, hingga 94.000 mention. Hari ini (ke-4) biasanya tren akan mulai turun kecuali ada isu besar yang terkait,” ujar Ismail lewat akun Twitternya, Selasa (29/6).
Lebih lanjut ia menuturkan pemberitaan di media online naik pesat di tanggal 27 Juni 2021, sehari setelah munculnya cuitan pada malam hari di media sosial.
Dalam periode analisis ini, kata Ismail terdapat 2894 mentions di media online, 141.600 mention di Twitter.
Selain itu, media online yang paling banyak memberitakan isu terkait BEM UI yaitu Pojoksatu, Sindonews, Tribunnews, Genpi, Detik, Harian Aceh, Warta Mataram, hingga CNN Indonesia.
Ia juga membeberkan beberapa judul pemberitaan. Dalam periode analisis dari situs berita, paling aktif banyak mengangkat topik terkait Ade Armando soal nyogok masuk UI, soal rangkap jabatan Rektor UI Ari Kuncoro, pemanggilan BEM UI oleh Rektorat dan Buzzer pendukung Jokowi.
Ismail juga membeberkan kata-kata yang sering muncul dalam percakapan di jagat media, seperti rektorat, pemanggilan, memanggil, dipanggil, kritik, mengkritik. Ia menilai hal ini menjadi bentuk respons yang memicu pro dan kontra kritisasi BEM UI.
“Jelas sekali bahwa antitesis, kontra narasi, atau response dari Rektorat UI terhadap kritikan BEM UI menjadi pemicu utama pro-kontra ini,” ujarnya.
Ia mengatakan kritikan di dunia mahasiswa menjadi hal yang sangat biasa. Namun hal itu dapat menjadi luar biasa ketika respons dari kritikan begitu luar biasa. Salah satunya yakni pemanggilan mahasiswa oleh pihak rektorat, yang sangat cepat.
Hal itu juga dianggap menjadi respons negatif dari banyak kalangan terhadap Rektorat UI, yang dianggap represif.
Ia mengatakan berdasarkan analisis juga muncul headline sentimen negatif terhadap Presiden Jokowi, yang dianggap membuat pemimpin universitas ketakutan saat mahasiswanya mengkritik presiden.
Selain itu pada 28 Juni 2021, hari tren obrolan semakin tinggi. Ismail mengatakan hal itu karena muncul isu baru yaitu peretasan beberapa akun medsos dan Whatsapp pengurus BEM UI.
Ismail menjelaskan peta Sosial Network Analysis (SNA) untuk relasi retweet dan mention di Twitter memperlihatkan adanya dua cluster percakapan.
“Paling besar adalah cluster Pro BEM UI, melawan cluster yang jauh lebih kecil Kontra BEM UI. Dukungan kepada BEM UI jauh lebih besar daripada kontranya,” tutur Ismail.
Di samping itu ia juga membeberkan demografi pengguna Twitter pada percakapan isu tersebut.Dari total 50.000 pengguna Twitter yang aktif dalam percakapan itu sebanyak 55.59 persen berhasil dianalisis demografinya.
Ia menuturkan mayoritas pengguna berusia muda, 19-29 tahun 49.56 persen, kurang dari 18 tahun 28.97 persen, usia 30-39 thn hanya 9.67 persen dan sisanya 40 tahun ke atas thn 11.80 persen.
Ia juga membeberkan penelusuran akun BOT yang beroperasi pada isu tersebut. Dari total 50.000 akun Twitter, skor bot rata-rata sebesar 1.79 yang menandakan karakter akun adalah natural atau pengguna asli.
Meski begitu, ia menemukan adanya akun yang bersifat seperti bot namun sekitar 7 persen.