Kisah Inspiratif dari Pengusaha Telur Bebek Jogja

Purna Warta — Ada dua jenis pengusaha yang sukses. Ada pengusaha yang sukses memang lahir dari keluarga yang sukses. Namun ada pengusaha sukses yang datang dari keluarga biasa saja. Keduanya bisa jadi berbeda. Ada yang sakit-sakit terlebih dahulu sebelum sampai pada kesuksesan. Hal ini dialami oleh Muhammad Rosul, seorang peternak bebek petelur yang tinggal di Sleman Yogyakarta ini.
Pasang surutnya usaha pernah ia alami ketika awal merintis usaha 2 tahun yang lalu. Berikut ini ulasan mengenai kisah M Rosul dalam merintis usaha peternakan bebeknya hingga kini mampu mensuplay 55 ribu butir telur bebek setiap minggunya yang kami rangkum dari video yang diunggah dikanal Youtube DNTrust.

Awalnya Ingin Usaha Ternak Ayam Joper Sebelum memulai usaha ternak bebek,

Rosul berniat ingin usaha ternak ayam joper. Ia melihat trend konsumsi ayam kampung yang dibesarkan dengan sistem yang berbeda dengan ternak ayam kampung biasanya ini. Namun ia tidak menemukan guru yang mampu membimbing dan mengajari bagaimana ternak ayam joper. Sampai akhirnya ia ketemu dengan seorang peternak bebek yang memberikan gambaran tentang prospek telur bebek untuk kuliner di Yogyakarta. Dan akhirnya ia mantab untuk memulai usaha ternak bebek petelur dengan populasi awal ternaknya sekitar 1300 ekor.

Beberapa Keluarga Jauh dan Tetangga Menyayangkan Keputusannya.

Melihat keputusannya untuk beternak bebek, meskipun sebelumnya sempat berkarir sebagai pekerja kantoran di Jakarta, beberapa orang keluarga jauh serta tetangganya menyayangkan keputusan yang ia ambil. “Udah enak-enak pegang bolpoin kok sekarang malah pegang bebek” ujar Rosul menirukan kata mereka. Namun tekadnya sudah bulad karena menurutnya alam memberikan segalanya, alam memberikan kebahagiaan dan dengan beternak ia bisa dekat dengan keluarga.

Kesulitan Pemasaran Diawal Usahanya

Ketika bebeknya sudah mulai produksi, ia menemui kesulitan baru dibidang pemasaran hasil telur dari peternakannya. Semua pengepul bebek yang direkomendasikan oleh mentornya menolak untuk mengambil telur bebek hasil ternaknya. Lalu ia berfikir untuk menawarkannya door to door dari pengusaha gudeg satu kepengusaha gudeg lainnya, namun hasilnya tetap nihil. Bahkan telur yang ia titipkan di warung-warung sekitar rumahnya hanya terjual 5 butir dalam seminggu dari 30 butir telur yang ia titipkan.

Rajin Sharing di-Sosial Media Untuk Memasarkan Produknya

Penolakan yang dialami membuatnya berfikir bahwa jika hanya mengandalkan pemasaran offline pasti tidak akan berhasil. Padahal produksi telur bebek dipeternakanya terus berjalan. Oleh karenanya ia mulai memaksimalkan berbagai grup di-platform sosial media, dengan aktif sharing dengan menyelipkan promosi disetiap postingannya. Dari Usahanya tersebut akhirnya membuahkan hasil, peternakannya mulai dikenal dan berbagai permintaan telur bebek mulai berdatangan satu-persatu.

Menerapkan kontrak dalam penjualan

Untuk menjaga kestabilan dan kebersamaan antara Amar Farm dan pengambil telur, Rosul menerapkan sistem kontrak antara dirinya dan pengambil telur di peternakan miliknya. Kini ada 4 pelanggan yang sudah tanda tangan kontrak untuk pengambilan telur ditempatnya. Setiap minggunya 55 ribu butir telur mampu ia pasok kepada 4 pelanggan yang sudah terikat kontrak dengannya.

 

Bagi Rosul, ternak bebek petelur kedepan masih akan tetap prospek, menurut perhitungannya dalam satu bulan kebutuhan bebek di Yogyakarta sendiri masih sangat banyak, kebutuhan untuk wilayah Yogyakarta sendiri masih belum bisa dipenuhi oleh peternak yang ada di Yogyakarta. Karena kebutuhan Di Yogyakarta sendiri bisa mencapai 350 ribu hingga 400 ribu butir setiap minggunya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *