Kesuksesan Ritus Arbain di Irak, Sentuhan Tangan Dingin Qassem Soleimani

jenderal qassem soleimani

oleh: Ismail A Pasannai

Irak adalah negara dengan jumlah penduduk Syiah terbesar kedua setelah Iran. Dengan populasi sekitar 40 juta jiwa, 60% diantaranya menganut mazhab Syiah. Keberadaan situs-situs bersejarah Islam dari keluarga Nabi, membuat posisi muslim Syiah di Irak semakin kuat. Sebut saja diantaranya, makam Imam Ali bin Abi Thalib , makam Imam Husain, makam Imam Musa, makam Imam Jawad, makam Imam al-Hadi dan makam Imam Hasan al-Askari, yang kesemuanya dalam keyakinan Syiah 12 imam adalah imam-imam pelanjut risalah Nabi Muhammad saw. Diantara tradisi masyarakat Syiah adalah memperingati wiladah dan haul imam-imam suci mereka. Karena itu, pada momen-momen peringatan tersebut, Irak akan menjadi kunjungan ziarah dari muslim Syiah dari berbagai negara.

Keberadaan kota Najaf yang merupakan pusat studi keislaman Syiah dengan kehadiran ulama-ulama besar seperti Ayatullah Sistani, Ayatullah Hairi dan Ayatullah Hakim, turut membuat Irak tidak hanya menawarkan destinasi wisata spritual namun juga destinasi wisata pendidikan. Ribuan pelajar asing menuntut ilmu Islam di Najaf dan Karbala dari berbagai negara, termasuk Indonesia. Meski demikian, bukan berarti Irak tidak mendapat lawatan dari pengunjung Sunni atau non muslim. Sebab Bagdad ibukota Irak saat ini yang pernah menjadi pusat pemerintahan kekhalifahan Islam khususnya  Bani Abbasiyah  menyimpan berbagai situs bersejarah Islam di masa keemasan. Makam ulama-ulama besar Sunni seperti makam Imam Abu Hanifah dan makam Syaikh Abdul Qadir Jailani terdapat di Bagdad.

Pada momen peringatan Asyura dan Arbain (40 hari gugurnya Imam Husain) -yang melibatkan jutaan orang- menjadi pagelaran upacara keagamaan terbesar di Irak. Karbala dan Najaf menjadi kota yang paling sibuk melayani pezirah pada momen-momen tersebut. Khususnya momen peringatan Arbain. Masyarakat Irak memiliki tradisi yang telah berusia ratusan tahun, yaitu menziarahi makam Imam Husain di Karbala pada hari ke-empat puluh pasca syahidnya dengan berjalan kaki. Warga Irak dari berbagai titik di Irak berjalan kaki menempuh perjalanan sampai ratusan kilo meter untuk sampai ke Karbala. Ritus tahunan yang dikenal dengan nama Longmarch Arbain atau Arbain Walk ini dalam satu dekade terakhir juga melibatkan pejalan kaki dari berbagai negara. Akibatnya angka total yang terlibat dalam peringatan Arbain di Irak mencapai lebih dari 20 juta orang. Untuk warga negara asing, akan memulai perjalanan kaki mendatangi Karbala dari kota Najaf yang berjarak sekitar 90 km. Dengan kehadiran peziarah asing tersebut, rute Najaf-Karbala menjadi rute terpadat.

Agar ritus Arbain di Irak itu berjalan lancar, tentu faktor keamanan menjadi penentu. Kelancaran Longmarch Arbain dalam sepuluh tahun terakhir disebut adalah sentuhan tangan dingin asy-Syahid Mayor Jenderal Qassem Soleimani. Mantan Panglima Brigade Alquds tersebut dikenal piawai dalam meracik strategi militer. Dia kerap turun tangan langsung dalam menghantam ISIS yang mengancam keamanan Irak. Semasa hidupnya perwira militer senior Iran tersebut mendapat tugas bertanggungjawab atas operasi ekstrateritorial Iran dan telah aktif dalam berbagai konflik Timur Tengah, terutama di Irak dan Syam. Brigade Alquds yang dipimpinnya telah memberikan bantuan militer kepada Hizbullah di Lebanon dan Hamas di Palestina serta terlibat langsung di medan tempur membantu  militer Suriah dan Irak dalam menghadapi teror ISIS.

qassem soleimani

Untuk lebih efektif dalam menjaga keamanan Irak, Soleimani menyatukan milisi-milisi Syiah Irak dan membentuk Al-Hashad Al-Shabi di Irak. Karena perannya dalam mengatur strategi kawasan dan menghadapi musuh, media-media dalam dan luar negeri memberikan banyak julukan kepadanya, seperti “The Shadow Commander”, “Jenderal Internasional”, “Komandan Hantu”, “Komandan Misterius”, “Mimpi Buruk Musuh” dan “Malik Asytar masa kini”.

Peran Mayjen Qassem Soleimani dalam membasmi ISIS tidak dapat diingkari oleh musuh. Peran vitalnya menghancurkan ISIS menjadi bahan analisa di media-media internasional dan petinggi-petinggi Barat dan Amerika. Jenderal Iran ini pernah menjadi sampul majalah Amerika Newsweek dengan berita utama “Musuh Abadi”. Media AS itu mencatat, “Pertama ia berperang melawan USA, kini sedang membasmi ISIS”.

Ryan Crocker, mantan duta besar Amerika di Irak dan Timur Tengah juga menyinggung peran Soleimani dalam menghadapi ISIS. Dia menyebut Irak sudah hampir dikuasai ISIS, namun Soleimani dan tentara Iran datang membantu dan menyelamatkan Irak.

Perjuangannya menjaga keamanan Irak harus dibayar mahal dengan nyawanya. Soleimani gugur pada 3 Januari 2020 akibat serangan rudal yang menyerang rombongan dirinya di Bandara Bagdad. Tubuhnya berhasil diidentifikasi dari cincin yang ia gunakan. Departemen Pertahanan Amerika Serikat mengeluarkan pernyataan bahwa serangan tersebut dilakukan atas arahan dari Presiden Donald Trump.

Rakyat Irak dan para peziarah Arbain dalam dua tahun terakhir, tidak melupakan jasa-jasanya. Sepanjang perjalanan Najaf ke Karbala dalam momen peringatan Arbain, foto jenderal yang dikenal saleh tersebut memenuhi jalan. Hampir setiap peziarah membawa poster wajahnya. Seorang warga Irak Hani Saeed Hamid berkata, “Syahid Qassem Soleimani dan Syahid Abu Mahdi Al-Mohandes berdiri bersama untuk menghadapi makar yang hendak merusakan keamanan Irak. Terciptanya keamanan di Irak hari ini adalah buah dari perjuangan kedua martir tersebut.”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *