PurnaWarta — Setelah 78 tahun merdeka, Negara Indonesia masih belum bisa mendapatkan kurikulum pendidikan yang sesuai. Buktinya adalah dengan bergantinya kurikulum pendidikan sesuai pergantian pejabat menteri pendidikan.
Dilansir dari Kaskus, pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam membangun masa depan bangsa. Termasuk bangsa Indonesia, pendidikan saat ini menjadi salah satu kebutuhan yang sebaiknya terpenuhi oleh semua warga negara. Dengan pendidikan, ada banyak hal yang bisa kita kembangkan mulai dari pola pikir, wawasan serta kemampuan akademis.
Namun pendidikan di negara kita bukan tanpa kekurangan. Di zaman ini, masih banyak kebobrokan yang terjadi pada pendidikan kita. Masih banyak hal-hal negatif yang sangat melenceng jauh dari tujuan pendidikan itu sendiri. Sampai saat ini perbaikan di sektor pendidikan kita terus ditekan oleh Kemendikbudristek bersama Nadiem Makarim, salah satunya dengan upaya penghapusan 3 dosa besar pendidikan Indonesia.
Apa itu? Setidaknya ada 3 dosa besar pendidikan Indonesia menurut Kemendikbudristek!
1. Intoleransi
Intoleransi adalah sikap tidak menghormati dan tidak menghargai di tengah perbedaan yang ada. Intoleransi di dunia pendidikan seperti lingkungan sekolah atau kampus banyak bentuknya. Seperti pemaksaan untuk ikut pelajaran agama tertentu, mengolok-olok teman dari ras/suku lain, sampai melarang siswa untuk melakukan peribadatan sesuai kepercayaannya.
Jika terus dibiarkan maka akan menjadi bom waktu yang bisa memicu konflik yang berakhir pada perpecahan. Pola pikir seperti ini juga tidak baik bagi pelajar karena tidak sesuai dengan Bhinekka Tunggal Ika.
2. Perundungan
Perundungan atau bullying merupakan penyakit pendidikan Indonesia yang entah kapan dapat teratasi. Saat ini, bullying masih sering terjadi. Tahun lalu, TS bahkan membahas sampai 3 kasus bullying yang sempat ramai di internet. Bukan sekedar perundungan secara verbal, tapi juga secara fisik. Bahkan salah satu korbannya sampai koma di rumah sakit.
Perundungan sangat berbahaya bagi korbannya, selain bisa menyebabkan luka fisik, juga dapat menyebabkan luka batin dan trauma. Lalu bagi si pelak bullying, dampak buruknya dapat membuatnya tumbuh menjadi sosok sok jagoan dan tak bermoral.
3. Kekerasan Seksual
Yang satu ini cukup meresahkan GanSis. Bayangkan saja, pada 2022 ada 17 kasus pelecehan seksual di dunia pendidikan. Kekerasan seksual pada pelajar dapat menyebabkan trauma pada korban yang tidak mudah untuk terobati. Dan hal ini juga bisa sangat mencoreng nama sekolah atau perguruan tinggi yang menjadi tempat terjadinya kekerasan seksual.
Ada banyak contoh kasus yang bisa kita temukan soal kekerasan seksual di dunia pendidikan. Seperti pelecehan di sekolah, pesantren hingga perguruan tinggi. Biasanya karena pelaku merasa memiliki kuasa dan akhirnya berlaku sewenang-wenang terhadap korban. Bahkan tak jarang korban diancam.
Ya, itu tadi adalah 3 dosa pendidikan Indonesia yang perlu segera dibenahi. Hal-hal yang sangat bertolak belakang dengan tujuan pendidikan yang katanya demi mencerdaskan anak bangsa. Nadiem Makarim sendiri pada awal ia menjabat berjanji akan menghapus semua 3 dosa besar itu. Tapi jika kita lihat kenyataannya pada saat ini, rasanya masih jauh sampai janji itu bisa terealisasikan.
Bahkan sekolah atau perguruan tinggi yang elit sekalipun masih memiliki potensi terjadinya hal-hal negatif seperti yang TS sebut di atas. Jalan satu-satunya adalah waspada dan kepekaan kita pada lingkungan pendidikan di sekitar.