oleh: Ismail Amin*
Purna Warta – Iduladha salah satu hari raya besar umat Islam. Kedatangannya membuat umat Islam diseluruh dunia diliputi sukacita dan kebahagiaan. Iduladha berasal dari bahas Arab yaitu عيد الأضحى terdiri dari dua suku kuta, ‘Aid dan al-Adha. ‘Aid artinya kembali dan al-Adha jamak dari al-Adhat yang artinya kambing/hewan yang dijadikan kurban, Jadi Iduladha secara harfiah artinya adalah hari kembali berkurban atau hari raya (hewan) kurban. Istilah ini kemudian diserap ke dalam bahasa Indonesia, dengan penulisan yang benar menurut KBBI adalah Iduladha, disambung tidak dipisah. KBBI mengartikan Iduladha sebagai hari raya haji yang disertai dengan penyembelihan hewan kurban (seperti sapi, kambing, atau unta) bagi yg mampu.
Iduladha jatuh setiap 10 Dzulhijjah atau 70 hari setelah Idulfitri. Setiap perayaan Iduladha, kita akan selalu diingatkan pada adegan dramatis Nabi Ibrahim a.s. yang nyaris menyembelih putra kesayangannya sendiri, Nabi Ismail a.s.
Khutbah Iduladha yang ada pun, nyaris semuanya berupa pujian pada kesabaran dan kecintaan Nabi Ibrahim a.s. kepada Allah Swt. di atas segalanya, dan ketaatan dan kebesaran jiwa Nabi Ismail a.s. yang siap disembelih karena itu adalah perintah Allah Swt.
Namun ingatkah kita, ada tokoh lain yang tidak kalah krusial keberadaannya? Ia adalah Siti Hajar, ibu Nabi Ismail a.s. Allah Swt. tidak mengabaikan pengorbanan sang bunda dalam membesarkan putranya seorang sendiri. Karena itu, Allah Swt. menyentil kita, untuk juga tidak mengabaikannya, dengan mengabadikan perjuangan Siti Hajar mencari air buat putranya yang kehausan, dengan berlari-lari dari Safa ke Marwah dan sebaliknya, dengan menjadi salah satu rukun umrah dan haji.
Bayangkan, betapa mencekamnya suasana saat itu. Seorang perempuan, seorang diri di padang pasir, hanya ditemani seorang anak kecil yang tidak berdaya karena kehausan. Kepanikan atas keselamatan nyawa putra kecilnya, membuatnya tidak peduli dengan telapak kakinya yang berdarah karena kerikil cadas, tajam dan panas gurun pasir. Dan kita harus ingat, ia tidak kalah dahaganya kala itu. Dengan mengabadikan tindakan heroik Siti Hajar tersebut, Allah Swt. ingin agar umat Islam tidak mengabaikan adanya peran seorang perempuan dalam bentukan ritual ibadah haji yang menjadi ritus abadi umat Islam sampai hari ini. Allah Swt, tidak menginginkan dalam perayaan Iduladha, kisah Siti Hajar terabaikan dan tenggelam dibalik dramatisnya kisah penyembelihan Nabi Ismail a.s.
Hikmat dari ritual haji dan perayaan Iduladha adalah, Islam bukan hanya sejarah nabi-nabi, yang kesemuanya laki-laki. Tapi juga sejarah perempuan-perempuan yang tangguh, sabar dan sedemikian besar cintanya pada Allah Swt. Peran mereka krusial dalam melanjutkan silsilah para Nabi. Jika tidak ada Asiyah yang mempertahankan Musa, jika tidak ada Maryam yang rela dicemooh demi melahirkan Isa, jika tidak ada Hajar yang mau terusir dan berkurban membesarkan Ismail seorang diri, jika tidak ada Khadijah bangsawan kaya raya yang mau membela Muhammad, dan jika tidak ada Fatimah yang menjadi ibu bagi ayahnya, apa kita yakin bisa menikmati indahnya Islam dan sensasinya merayakan Iduladha?.
Islam menempatkan perempuan bukan obyek, bukan pula subyek sekunder, tapi subyek yang setara dengan laki-laki, sebagai subyek penuh dalam sistem kehidupan. Bukan hanya penonton dan penikmat tindakan-tindakan besar yang dilakukan laki-laki namun juga menjadi bagian dari pelakon utama yang melahirkan sejarah-sejarah besar. Ketika Hajar meninggal, Allah Swt. memerintahkan untuk jenazah Hajar di makamkan di Hijir Ismail. Dan disitu pula, Nabi Ismail a.s. dimakamkan. Kata Nabi Muhammad Saw. Hijir Ismail adalah bagian dari Kakbah, yang dianjurkan salat sunah dan menjadi tempat mustajab untuk berdoa. Jadi jika Kakbah adalah rumah Allah, maka Hijir Ismail menjadi bagian dari rumah Allah.
Hijir Ismail memberi pesan, Allah Swt. tidak hanya ingin Ismail, Nabi-Nya dikuburkan di rumah-Nya namun juga dengan Hajar, seorang perempuan yang sebelumnya adalah budak Afrika. Sangat tidak mudah menjadi pemilik makam yang diputari ribuan orang setiap hari tanpa putus dari berbagai penjuru dunia. Di mata Allah Swt. tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan, kecuali ketakwaannya. Pengorbanan Hajar dibalas Allah Swt. dengan penghormatan yang sedemkian mulia dan agung. Nama Hajar tercatat dalam rantai emas silsilah kenabian yang berpuncak di Nabi Muhammad Saw.
Iduladha, bukan hanya perayaan atas pengorbanan Ibrahim dan Ismail, tapi juga perayaan atas pengorbanan Hajar. Perayaan atas menangnya kemanusiaan dari jiwa-jiwa kebinatangan. Menangnya ketakwaan di atas genetik dan gender.
Selamat Iduladha 1442 H
*Penulis, menetap sementara di kota Qom, Republik Islam Iran