Purnawarta — Kali ini kita akan membaca bersama-sama cerpen mengenai penting dan urgensi mengaji.
“Sudah selayaknya bagi orang mukmin untuk belajar Al-Quran sebelum ia mati atau ia mati dalam keadaan mempelajari Al-Quran.”[1]
***
“Aduh capek euy. Moal ngaji ah poe ayeuna mah” keluh Asep sembari mengibaskan topi Sekolah Dasar yang berwara merah.
Hari itu memang hari sabtu. Asep telah bermain sepak bola dengan teman-temannya di lapangan sekolah SD Arcamanik 02.
“Geura ibak kaseup (cepetan mandi). Kan mau ngaji. Itu uang jajannya Emak simpan di dekat TV ya. Jangan lupa sepulang ngaji, ganti bajunya dan gantung rapi ya.” suruh Emak haji Eti.
“eh… ada uang jajannya. Iya Mak. Asep istirahat dulu. Baru beres main bola. Capek ieu teh” akhirnya pondasinya untuk tidak mengaji hancur dihantam uang jajan.
Setelah memakai baju koko dan kopiah hitam merk Haji Iming, Asep pun berangkat mengaji.
“Sep..sep!” ada teriakan dari ujung jalan
“Siapa yang manggil?” tegurnya dalam hati
“Sep. ke’la atuh sep. tungguan urang.”
“Buruan atuh Din. Nanti telat dimarahin Pak Ustadz.” Kata Asep.
Udin adalah teman satu sekolah dan satu kampung Asep.
“Anak-anak sekarang mari kita mengaji al-Quran.” Kata Pak Ustadz Ujang.
“Pak Ustadz. Asep mau tanya ini boleh gak?”
“Nanti saja ya setelah baca Al-Quran. Sekarang kita mengaji al-Quran dulu.”
“Sep. sok silahkan mau tanya apa?” kata pa Ustadz Ujang setelah selesai mengaji al-Quran.
“Pak Ustadz. kenapa kita harus mengaji dan belajar al-Quran?” tanya Asep.
“Anak-anak! Mengaji al-Quran itu merupakan sebuah ibadah dan ada pahalanya. Sudah selayaknya kita sebagai kaum muslimin untuk bisa mengaji al-Quran.” Terang Pak Ustadz.
“Selain itu, seorang ‘Alim pernah berkata Sudah selayaknya bagi orang mukmin untuk belajar Al-Quran sebelum ia mati atau mati dalam keadaan mempelajari Al-Quran.” Jelas Pak Ustadz.
“Maka dari itu, anak-anak semuanya harus semangat memperlajari Al-Quran ya. Karena sudah seharusnya bahwa kita harus mempelajari Al-Quran hingga sebelum kita mati.” Pak Ujang menasihati.
“Iya Pak Ustadz.” anak-anak menjawab serempak.
***
[1] Muntakhabul Mizanul Hikmah, jild 2, hal 1004.