Purna Warta — Bilal bin Rabah merupakan salah satu sahabat setia Baginda Nabi Muhammad saw yang mendampingi beliau hingga akhir hayat. Selain Bilal setia pada Baginda Nabi Muhammad saw, ia juga mencintai keluarga Baginda Nabi dan sahabat setia Nabi.
Bukan tanpa alasan Rasulullah menugaskan Bilal untuk mengumandangkan azan. Tugas mulia ini didapatkan berkat keteguhan iman Bilal kepada Allah SWT.
Bilal bin Rabah adalah seorang budak yang berasal dari Habasyah, saat ini adalah Ethiopia, negara di Afrika. Para perawi hadis menggambarkan sosok Bilal sebagai laki-laki yang hitam, kurus, tinggi, berambut lebat, dan bercambang tipis.
Bilal merupakan budak milik Umayah bin Khalaf dari Bani Jumah, Makkah. Saat menjadi budak, Bilal kerap mendengar cerita tentang Nabi Muhammad yang banyak dibicarakan penduduk Mekah karena mulai menyiarkan agama Islam.
Di tengah banyaknya perdebatan mengenai Rasulullah saat itu, Bilal dengan yakin pergi menemui Rasulullah dan menyatakan ingin memeluk Islam. Bilal pun mengucap dua kalimat syahadat sebagai pertanda masuk Islam.
Kabar keislaman Bilal tersebar ke seluruh negeri dan sampai ke telinga tuannya, Umayah. Bilal lalu siksa dengan besi dan di atas bara api agar mau keluar dari Islam. Kaum Kafir Quraisy juga ikut menyiksa Bilal.
Siksaan untuk Bilal bin Rabah saat itu sangat kejam. Dia bahkan diikat dan diarak mengelilingi jalanan Mekah. Siksaan hanya akan dihentikan jika Bilal keluar dari agama Islam dengan menyebut nama Lata dan Uzza, berhala saat itu.
Alih-alih mengikuti perkataan tuannya, Bilal justru bersenandung.
“Ahaad… Ahaad…,” teriak Bilal dengan merdu. Ahad yang dimaksud Bilal adalah Tuhan yang Esa atau Tuhan yang Satu.
Berhari-hari Bilal disiksa, berkali-kali pula dia tetap teguh berteriak Ahaad.
Bilal lalu ikut bersama Nabi Muhammad hijrah ke Madinah. Hingga suatu hari Rasulullah mensyariatkan untuk mengumandangkan azan sebelum salat wajib.
Nabi Muhammad teringat dengan sosok Bilal yang setiap hari meneriakkan Ahad dengan merdu.
Bilal pun ditunjuk untuk mengumandangkan azan pertama kalinya di dunia. Suara merdu Bilal berhasil membuat umat Islam bergetar.
Bilal jugalah yang mengumandangkan azan pertama saat menaklukkan Makkah.
“Aduhai betapa indahnya waktu itu. Kehidupan di Makkah berhenti bergerak dan ribuan kaum Muslimin berdiri laksana jasad mati. Dengan khusyuk dan berbisik, mereka tirukan kalimat azan mengikuti Bilal,” tulis Khalil Muhammad Khalid dalam bukunya Biografi 60 Sahabat Rasulullah SAW tentang suara Bilal nan merdu.
Meski mendapat tugas mulia, Bilal tak pernah tinggi hati.
“Aku tiada lain hanya seorang laki-laki Habasyah yang dahulu adalah seorang budak,” kata Bilal.
Tak hanya mengumandangkan azan, Bilal juga berhasil mengobarkan semangat umat Islam saat melawan kaum Quraisy dalam perang Badar.
Setelah Rasulullah meninggal, Bilal tak mampu lagi mengumandangkan azan. Dia tak sanggup menahan tangis karena teringat Rasulullah. Umat Islam saat itu pun rindu dengan suara Bilal.
Hingga suatu waktu saat Umar bin Khattab datang ke Syam, dia meminta Bilal untuk mengumandangkan azan kembali. Bilal pun bersedia. Saat dia menjadi muazin, semua orang tersentak dan menitikkan air mata.