Anjloknya nilai tukar Yen Jepang, di hadapan dolar Amerika, tahun 2024, merupakan yang terendah dalam empat dekade terakhir, dan telah melemahkan program modernisasi peralatan militer terbesar Jepang, sejak Perang Dunia II.
Masalah nilai tukar mata uang Jepang, saat ini sudah memasuki fase yang sensitif. Bersamaan dengan anjloknya Yen Jepang, di hadapan dolar, biaya impor peralatan militer Jepang, seperti helikopter, kapal selam, dan tank yang sebagian besar buatan Amerika Serikat, ikut melambung tinggi.
Pada tahun 2022, Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida, mengumumkan sebuah strategi baru untuk keamanan nasional negara itu. Lebih dari dua kali lipat uang negara dianggarkan untuk biaya pertahanan sesuai strategi baru itu.
Anggaran pertahanan untuk jangka waktu lima tahun yang diajukan oleh PM Jepang Fumio Kishida, mencapai angka 43 triliun Yen, atau setara dengan sekitar 319 miliar dolar.
Saat itu, Fumio Kishida, menyebut penambahan anggaran militer sebagai “titik balik” dalam sejarah Jepang. Tapi masalahnya anggaran itu dibuat dengan nilai setiap dolar setara dengan 108 Yen, sementara sekarang setiap satu dolar senilai dengan 161 Yen.
Penurunan nilai tukar Yen terhadap dolar telah menyebabkan harga-harga peralatan militer impor seperti helikopter, kapal selam, dan tank, melonjak sangat tinggi.
Dalam sejarah, penurunan nilai tukar Yen, justru memberi keuntungan bagi para eksportir besar Jepang, seperti perusahaan Toyota Motor, karena telah membantu menurunkan harga produk-produknya sehingga bisa lebih bersaing di arena internasional, tapi pada saat yang sama membuat impor lebih mahal.
Upaya pemerintah Jepang, untuk memasok peralatan militer adalah salah satu contoh dari masalah ini bahwa bagaimana biaya-biaya yang lebih besar tidak sampai menekan perekonomian Jepang.
Penurunan nilai tukar mata uang Jepang, dalam tiga tahun terakhir telah menaikkan harga-harga kebutuhan pokok seperti makanan dan bahan bakar di Jepang, dan kenaikan ini juga mempengaruhi pengeluaran rumah tangga Jepang.
Menurut surat kabar New York Times, jatuhnya nilai tukar Yen, tahun ini hingga titik terendahnya dalam empat dekade terakhir, telah melemahkan program pembelian peralatan militer Jepang, sejak PD II.
Pemerintah Jepang, telah menurunkan pesanan pesawat, dan memperingatkan bahwa penurunan nilai tukar mata uang negara ini mungkin akan terjadi dalam waktu dekat.
Jepang memasok sebagian besar kebutuhan peralatan militernya dari perusahaan-perusahaan Amerika, dan dalam setiap transaksinya selalu menggunakan dolar. Daya beli pemerintah Jepang, saat ini menurun akibat penurunan nilai mata uang Yen.
Mantan Menteri Pertahanan Jepang Satoshi Morimoto, mengatakan, “Saat ini terdapat jurang antara apa yang kami miliki dari sisi kemampuan pertahanan, dengan apa yang menjadi tujuan utama kami.”
Satoshi Morimoto, menambahkan, nilai anggaran pertahanan Jepang, dalam lima tahun terakhir mengalami penurunan secara efektif sebesar 30 persen