Joe Biden yang sebelumnya menolak bertemu dengan Benjamin Netanyahu di Gedung Putih, tapi akhirnya perdana menteri Israel ini melakukan sesuatu yang memaksa Biden menangguhkan seluruh aktivitasnya dan di usianya yang tua terpaksa berkunjung ke bumi Palestina pendudukan.
Kunjungan ini digelar ketika Israel menggunakan bom satu ton hadiah dari Amerika untuk membantai warga sipil yang berlindung di Rumah Sakit Al Ahli Baptis. Warga ini setelah mendengar jaminan Israel menganggap akan aman dari serangan udara rezim ilegal ini.
Selain itu, berdasarkan prinsip dan hukum internasional, serangan terhadap warga sipil dan pusat-pusat publik seperti rumah sakit adalah sebuah kejahatan perang.
Meski demkian mengingat standar ganda yang menguasai lembaga internasional, dan juga karena dukungan pemerintah Barat khususnya AS, kejahatan rezim Zionis tidak pernah dikejar atau diadili. Oleh karena itu, Israel dengan tenang dan kian berani melakukan kejahatan.
Dari sudut pandang ini, maka sebagian tanggung jawab kejahatan Israel berada di pundak pemerintah Barat dan otoritas politik serta keamanan internasional seperti Dewan HAM dan juga otoritas internasional seperti Pengadilan Kriminal Internasional.
Sekaitan dengan ini, dan meski selama 13 hari lalu sejak dimulainya babak baru serangan Israel ke Gaza, Dewan Keamanan PBB menggelar dua kali sidang, tapi keduanya gagal karena Amerika menggunakan hak istimewanya, yakni hak veto.
Padahal konten resolusi yang diusulkan sepenuhnya kemanusiaan dan berdasarkan para prinsip dan hukum internasional terkait pentingnya memberi bantuan kepada warga sipil yang diblokade Israel.
Pada awalnya, alasan veto terhadap rancangan resolusi pertama adalah karena resolusi tersebut diajukan oleh Rusia, namun veto terhadap rancangan resolusi yang diusulkan oleh Brasil menunjukkan bahwa pemerintah Barat, terutama Amerika Serikat dan Biden sendiri, sepenuhnya bermain di lapangan Netanyahu demi kebutuhan internal mereka sendiri, seperti menutupi ketidakmampuan menghadapi operasi al-Aqsa atau menciptakan persatuan internal ilusi untuk membendung perpecahan internal, ia telah menempatkan pembunuhan yang disengaja dan pembantaian serta pemindahan paksa lebih dari sekedar dua juta penduduk Jalur Gaza dalam agenda tersebut dan hal itu dilakukan dengan segala cara, bahkan jika dia harus melakukan kejahatan perang.
Dalam hal ini, kunjungan Biden ke Palestina pendudukan, di tengah-tengah pembantian besar-besaran warga Gaza, khususnya anak-anak dan perempuan, bukan saja mengubah Amerika menjadi mitra kejahatan Netanyahu, karena bukan saja pembantaian dengan Jet tempur F-16 dan bom satu ton Amerika, bahkan kunjungan ini akan mendorong rezim Zionis melanjutkan kejahatan dan melancarkan serangan darat untuk menghancurkan total Jalur Gaza.
Dari sudut pandang ini, sepertinya hasil dari kunjungan Biden ke Israel adalah berlanjutnya serangan Zionis dan kian gencarnya brutalitas rezim penjajah Al Quds.